Minggu, 07 Desember 2014

Di Balik Jilbabku ada Nafsu (Episode 2)

# Perjodohan Yang Nikmat

Aku terbangun dengan tubuh agak menggigil kedinginan. Uuuh… pantas saja dingin. Aku masih telanjang bulat. Kuraih jam tanganku yang kuletakkan di meja samping tempat tidur. Ah, masih jam 2 pagi. Aku kembali meringkuk di balik selimut tebal kamar hotel.



Sempat terpikir untuk mengenakan pakaian. Tapi rasanya malas sekali untuk beranjak dari kasur empuk ini. Akhirnya aku terus saja meringkuk sambil kuselipkan tanganku diselangkangan untuk mencari kehangatan. Namun rupanya hal itu malah menimbulkan getar-getar enak di seputar memekku.

Aaaah… terbayang lagi bagaimana Torik menjilati memekku di depan pintu sebelum dia kuusir tadi. Gila, semalaman tadi sudah orgasme sampai dua kali. Sekali saat kugesek memekku ke kontolnya yang luar biasa besar itu, kemudian saat dia menjilati memekku habis-habisan sambil berdiri di balik pintu.

Membayangkan hal itu menyebabkan memekku kembali basah. Kugosok-gosok permukaan memekku dengan tanganku yang masih kuselipkan di antara selangkangan. Aaaah… nikmat. Aku telentang sekarang. Kubentangkan kaki selebar mungkin, lalu kuraba-raba memekku. Kuusap-usap bulu-bulu memekku dengan halus, kemudian perlahan jariku bergerak kebawa sampai hampir menyentuh duburku. Kemudian dengan agak ditekan, kutarik jemariku menelusuri memekku dari bawah sampai ke itilku. Aaaaaah… enaaaak…

Kugosok lagi memekku ke bawah, kemudian kutekan dan kutarik lagi ke atas sampai ke itilku. Sungguh nikmat. Kuulangi terus menerus sambil sebelah tanganku yang lain meremas dadaku sendiri. Puting toketku sudah sangat tegang berdiri mengacung dan keras. Kupelintir-pelintir putingku sambil sesekali kuremas dadaku kuat-kuat. Sementara di bawah sana jemariku terus bermain-main dengan lobang memekku yang sudah semakin licin.

Kugoyang-goyangkan pinggulku dengan hebat sambil terus kugosok-gosok memekku mencari kenikmatan yang terus mendera. Jemariku berhenti sejenak di itilku. Kupermainkan daging kecil itu ke kiri dan ke kanan. Kucolek-colek, kupencet dengan dua jari. Oooooghhhh… nikmatnya…

Kubayangkan lidah Torik menyentil-nyentil itilku. Nafsuku semakin menggelora. Ooooowgh…. pengen di jilaaaatttt… Sempat aku menyesal telah mengusir pulang Torik tadi malam. Seandainya tidak kuusir, pasti sekarang ****** besarnya sedang menggesek-gesek memekku. Oh, ****** itu… terbayang besarnya ****** Torik. Terbayang bagaimana kepala kontolnya yang sepert helm tentara itu masuk ke celah memekku dan menyundul-nyundul itilku.

Terbayang batang kontolnya yang besar dan berurat menggesek-gesek celah memekku. Urat-uratnya begitu terasa seperti polisi tidur menggerus memekku.

Aku semakin hebat bergoyang, menggosok-gosok memek, meremas toket sambil terus membayangkan ****** besar Torik. Dan… aaaaaaahhhhhkkkk… tubuhku kejang… seluruh urat di tubuhku menegang, memekku berkedut-kedut… seerrrrr… srrrr… denyutan-denyutan kencang menerpa bersamaan menyemburnya cairan cintaku membasahi relung-relung memekku. Aku terengah-engah lemas. Tubuhku bagai dihempaskan dari loteng. Aku telentang, kedua tanganku terentang ke kiri dan kekanan, kakiku mengangkang lebar seperti kaki kodok. Nikmaaat… dan akupun jatuh tertidur lagi…

***

HP-ku berdering membangunku dari tidur nikmatku. Kuraih Hp itu dan kubaca nama pemanggilnya. Hhhh… tante Neni? Mau apa dia pagi-pagi begini?

“Assalamualaikum… “ sapaku dengan suara serak akibat nyawa yang belom kumpul semua.

“Waalaikum salaaam. Ya ampuuuun… Lin, jam segini belum bangun? Gimana sih, anak perawan kok males banget.” Tante Neni yang memang cerwet itu terus saja nyerocos ngomel. Aku hanya mendengarkan saja omelannya dengan malas-malasan. Pada intinya dia memintaku untuk bolos kerja hari ini dan harus sudah ada dirumahnya paling telat pukul 9 pagi. Aku lirik jam tanganku yang ada di meja. Jam 6. Buset, masih pagi bener, Pantes males banget bangun.

“Pokoknya kamu pasti suka deh. Orangnya ganteng, bisnisnya juga udah mapan, dan yang pasti orang tuanya kaya. Kalo kamu bisa kawin sama dia, dijamin hiduo kamu gak bakalan susah.” semangat sekali tante Neni mempromosikan anak temannya yang akan dijodohkan denganku. Huh… Jaman gini, masih musim ya jodoh-jodohin orang.

Tapi agar tidak mengecewakan tante Neni akupun menyanggupi untuk datang ke rumahnya dengan syarat tante Neni harus telpon adiknya yang jadi bossku sekarang ini.

Selesai menutup telepon kembali kuhempaskan tubuh telanjangku ke ranjang. Lima menit kemudan barulah aku bangkit. Kusingkapkan selimut tebal yang menutupi tubuh telanjangku, kemudian aku beranjak ke jendela. Kubuka tirai yang menutupi dan Ups! silau sekali saat sinar mentari menyambar mataku yang masih ngantuk.



Kubiarkan sinar mentari pagi meraba tubuhku. Kurentangkan tanganku tinggi-tinggi dan kunikmati hangatnya mentari pagi menyusuri seluruh tubuhku, wajahku, leherku, dadaku, perutku, memekku… lalu… Opss lagi!

Ternyata tirai benar-benar terbuka, termasuk vitrage tipis yang biasanya menjadi pelapis kedua gorden. Artinya, tubuhku benar-benar ter-ekspos di depan kaca. dan pastinya akan terlihat dengan jelas dari luar sana. Kuperhatikan kondisi diuar. Ah, untung aku ada di lantai 5. Agak sulit orang di bawah sana melihat kemari. Paling-paling orang-orang di gedung sebelah yang sejajar dengan kamarku. Biarin deh…

Setelah puas berjemur ringan, aku segera menuju kamar mandi. Mau mandi tentunya…

***

Aku mampir sebentar ke tempat kost untuk meletakkan tas pakaianku, baru aku berangkat ke rumah tante Neni. Bisa bingung dia kalo aku datang kesana sambil bawa-bawa tas pakaian.

Sekitar pukul 10 pagi teman tante Neni datang. Seorang ibu yang kira-kira seusia dengan tante Neni. Kelihatan dari dandanannya memang dia berasal dari keluarga berada. Tapi yang menarik perhatianku adalah cowok ganteng yang datang bersamanya. Gilaaa… ganteng banget. Putih, tinggi dan tubuhnya atletis.

Celana jeans ketatnya memperlihatkan paha yang kuat dan bokong yang kencang. Selera gue banget deh, asli bikin ngences… Setelah basa-basi perkenalan yang membosankan, ibu si Dito, cowok ganteng itu menyarankan agar kami jalan-jalan dulu malam ini.

Supaya tidak terlalu terlihat bahwa aku sudah mupeng, aku minta Dito menjemputku ke kantor besok sore saja. Semuanya setuju dengan usulku. Tante Neni terlihat senang sekali karena aku sepertinya menyambut perkenalan ini. Ya iya laaah… siapa sih yang bisa nolak cowok keren kayak gitu.

***

Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Aku masih saja duduk di lobi kantor sambil membaca majalah yang baru saja kubeli saat makan siang tadi. Suasana kantor sudah sepi, hanya ada satpam dan beberapa karyawan yang memang akan kerja lembur.



Malam ini aku menunggu Dito yang berjanji akan menjemputku pulang kantor sesuai kesepakatan kami kemarin. Tak lama tampak sebuah sedan memasuki pelataran parkir. Ah, itu pasti Dito. Aku segera bergegas menghampiri mobil tersebut dan langsung duduk di kursi depan. Dia berseri-seri melihatku mengenakan pakaian muslim ketat hingga dia bisa melihat lekuk liku bodyku yang proporsional dan langsung mengundang selera lelaki yang melihatnya.

“Kamu laper gak, kita makan dulu yuk?” ujar Dito.

“Terserah kamu deh, aku ikut aja.” jawabku sambil tersenyum.

Tidak sampai 20 menit kami sudah memasuki kawasan Senayan, dimana banyak pedagang makanan di pinggir jalan berjejer dengan tenda-tenda semi permanen. Memang kantorku tidak jauh dari kawasan Senayan.

Dito memilih parkir yang agak jauh dari keramaian dan cukup terlindung pepohonan hingga suasananya cenderung gelap. Didukung kaca mobilnya yang memang gelap, maka bisa dipastikan tidak ada orang yang dapat melihat ke dalam mobil. Aku tersenyum sendiri menyadari maksud Dito memilih tempat parkir yang sepi begini.

Seorang pelayan berlari kecil menghampiri mobil. Dito membuka kaca mobilnya sambil bertanya padaku. “Kamu mau makan apa, Lin?”

“Minum aja ah, aku belum laper.” jawabku.

“Ya udah, aku juga minum dulu aja deh.” Dito segera meminta pelayan tersebut untuk membawakan 2 botol soft drink.

Sepeninggal pelayan, kami lanjutkan obrolan-obrolan ringan kami. Setelah beberapa lama ngobrol, Dito menghadapkan tubuhnya ke arahku dan meletakkan tangannya di pahaku. Merinding aku merasakan gerak jemarinya di atas pahaku.

Tiba-tiba kurasakan bibirnya sudah menyentuh dahiku, terus menyusur pipiku. Tubuhnya begeser merapat, bibirku dilumat dengan lembut. Kenikmatan menjalar hangat di sekujur tubuhku. Sensasi nikmat yang sudah kutunggu sedari tadi. Di tengah gelora nikmat yang melanda, tiba-tiba terdengar ketukan di kaca mobil.

Kamipun terkejut dan segera melepaskan ciuman. Ternyata itu adalah pelayan yang datang membawa minuman pesanan mereka. Dito segera mengambil minuman tersebut dan menutup kaca mobilnya kembali. Sepertinya Dito sudah tidak perduli lagi dengan minuman yang dipesannya karena botol minuman itu langsung diletakkan begitu saja di lantai mobil.

Selanjutnya tanpa dikomando kembali kami berpagutan. Kali ini ciuman Dito bukan lagi ciuman mesra, namun sudah berubah menjadi ciuman-ciuman panas.



Sedang kunikmati lidahnya yang menjelajah di mulutku, kurasakan tangannya meremas lembut toketku yang masih terhalang baju muslim dan terbungkus BH. Ooooh… aku merasa sudah tidak kuat menahan gejolak nafasku, padahal baru awal pemanasan.

Perlahan jemari Dito mulai menjalar ke arah perutku. Dan terus turun hingga pinggulku. Diremas-remasnya pinggulku dengan gemas sambil bibirnya terus menciumi bibirku. Desahanku semakin kuat apalagi saat kurasakan jemari Dito mulai membelai-belai pahaku yang masih tertutup celana panjang.

“Kita pindah ke belakang yuk,” bisik Dito tiba-tiba. Aku hanya mengangguk pelan dan langsung beranjak mengikuti Dito pindah ke kursi belakang.

Di kursi belakang Dito menerkamku dengan lebih ganas. ciumannya semakin gencar menyerang. Lidahnya menari-nari dirongga mulutku. Bibirnya meneruskan jelajahannya, sambil tangannya melepas satu persatu kancing baju muslimku. Maka tampaklah bulatan dadaku yang putih tertutup BH hitamku. Tangan Dito langsung meremas toketku dan menyelusup kebalik BH ku. Pentil toketku dipermainkan membuatku semakin menggelinjang. Kemudian tangannya menjalar kepunggungku dan melepas kaitan BH-ku hingga toketku terbebas dan semakin mudah untuk diremas.

Lalu aku direbahkan hingga terbaring telentang di kursi belakang mobil ini. BH ku diangkat hingga kedua toketku benar-benar terhidang dengan bebas. Bibirnya langsung menelusur di permukaan kulitku.

Dari mulai pentil kiriku tersentuh lidahnya dan dihisap. Terus pindah ke pentil kanan. Kadang-kadang seolah seluruh toketku akan dihisap. Dan tangan satunya mulai turun dan memainkan puserku, terasa geli tapi nikmat, nafsuku makin berkobar karena elusan tangannya. Kemudian tangannya turun lagi dan menjamah selangkanganku. Menyentuh memekku yang pasti sudah basah sekali.

Lama hal itu dilakukannya sampai akhirnya dia kemudian membuka ristsluiting celanaku dan menarik celanaku ke bawah terus melewati kakik kemudian teonggok di lantai mobil. Tinggalah CD miniku yang tipis. Dibelainya celah memekku dengan perlahan. Sesekali jarinya menyentuh itilku. Ketika benda itu dielus pahaku otomatis mengangkang agar dia bisa mengakses daerah memekku dengan leluasa. Bergetar semua rasanya tubuhku, kemudian CD ku yang sudah basah itu dilepaskannya. Aku mengangkat pantatku agar dia bisa melepas pembungkus memekku dengan leluasa.

Jadilah aku wanita muslimah berjilbab dengan baju bagian depan terbuka memperlihatkan toket besar menantang dan kaki mengangkang mempertontonkan memek telanjangku.



Dito mengangkat kakiku hingga terpentang tinggi. Jarinya mulai sengaja memainkan itil-ku. Oh, nikmatnya… bibirnya terus bergantian menjilati pentil kiri dan kanan dan sesekali dihisap dan terus menjalar ke perutku. Dan akhirnya sampailah ke memekku. Kali ini diciumnya jembutku yang tipis dan aku rasakan bibir memekku dibuka dengan dua jari. Dan akhirnya kembali memekku dibuat mainan oleh bibirnya, kadang bibirnya dihisap, kadang itilku, namun yang membuat aku tak tahan adalah saat lidahnya masuk di antara kedua bibir memekku sambil menghisap itilku. Dia benar-benar mahir memainkan memekku.

Hanya dalam beberapa menit aku benar-benar tak tahan. Dan.. Aku mengejang dan dengan sekuatnya aku berteriak sambil mengangkat pantatku supaya merapatkan itilku dengan mulutnya, kuremas-remas rambutnya. Dia terus mencumbu memekku, rasanya belum puas dia memainkan memekku hingga nafsuku bangkit kembali dengan cepat. Kubuka pahaku lebih lebar lagi untuk menggapai kenikmatan lebih dalam.

Dito kemudian membuka celananya. Aku terkejut melihat kontolnya yang besar dan panjang nongol dari bagian atas CD-nya, gak kebayang ada ****** sebesar itu. Kemudian dia juga melepas CD-nya. Sementara itu aku dengan berdebar terbaring menunggu dengan semakin berharap. Kontolnya yang besar dan panjang dan sudah maksimal ngacengnya, tegak hampir menempel ke perut.

Dan saat dia pelan-pelan menggesek-gesekan kontolnya di memekku, aku membuka pahaku makin lebar, rasanya tidak sabar memekku menunggu ****** extra gede itu. Aku pejamkan mata. Kurasakan bibir memekku mulai tersentuh ujung kontolnya. Sebentar diusap-usapkan dan pelan sekali mulai kurasakan bibir memekku terdesak menyamping. Ohh, benar-benar kurasakan penuh dan sesak liang memekku dimasuki kontolnya. Aku menahan nafas. Dan nikmat luar biasa. Gesekan demi gesekan kurasakan memenuhi memekku. Kepala ****** besar itu bergerak ke atas menyentuh klitorisku, turun lagi ke bawah berkali-kali.

Aku mendesah tertahan karena rasa yang luar biasa nikmatnya. Terus.. Terus… Dan tangannya tak henti-henti meremas-remas toketku. Konsentrasi kenikmatanku tetap pada ****** besar yang terus saja di gesek-gesekan ke bagian dalam memekku. Aku benar benar cepat terbawa ke puncak nikmat tak berujung. Nafasku cepat sekali memburu, terengah-engah. Aku benar-benar merasakan nikmat luar biasa merasakan gerakan ****** besar itu. Maka hanya dalam waktu yang singkat aku makin tak tahan. Dan dia tahu bahwa aku semakin hanyut. Maka makin gencar remasan tangannya di toketku.



Dengan kontolnya dipepetnya itil-ku sambil digoyang-goyangkan, aku menggelepar, tubuhku mengejang, tanganku mencengkeram kuat-kuat sekenanya. Memekku menegang, berdenyut dan mencengkeram kuat-kuat, benar-benar puncak kenikmatan yang tiada tara. Ohh, aku benar benar menerima kenikmatan yang luar biasa. Aku tak ingat apa-apa lagi kecuali kenikmatan dan kenikmatan.

“Ditooooo… aku nyampeeeee…” Aku sendiri terkejut atas teriakkan kuatku.

Setelah selesai, pelan pelan tubuhku lunglai, lemas. Setelah dua kali aku nyampe dalam waktu relatif singkat, namun terasa nyaman sekali. Kubuka mataku, Dia tersenyum dan menciumku lembut sekali, tak henti hentinya toketku diremas-remas pelan.

Kemudian perlahan Dito bangkit dan jongkok di samping kepalaku. Ketika menengadah kulihat kontolnya telah berada persis di depanku. Kuremas kontolnya, lalu kuarahkan ke mulutku. Kukecup ujung kepala kontolnya. Tubuhnya bergetar menahan nikmat ketika aku menjilati kepala kontolnya. Dia makin menggeliat dan berdesis menahan kenikmatan permainan lidahku dan membuat mulutku semakin penuh.

Kurasakan agak sulit ngisep ****** dengan posisi seperti ini. Aku segera bangkit duduk dan kuminta Dito gantian berbaring di kursi. Lalu aku yang gantian jongkok di lantai sambil menghadap kontolnya yang sudah tegak itu. Kusedot-sedot ****** besanya dengan semangat. Kukeluarkan segala kemampuan ngisepku. Sesekali kujilati batang kontolnya dari bawah sampai ke kepala kontolnya. Lidahku menyusuri batang ****** yang putih bersih itu terus menerus. Sempat kujilati kedua biji pelernya. Bahan biki peler itu kumasukkan ke dalam mulutku sambil kuhisap bergantian. Hisap yang kiri, hisap yang kanan, lalu lidahku menjilati batangnya dari batas lubang pantatnya ke biji, ke pangkal batang, batang terus sampai ke kepala kontolnya. Kumasukkan kepala kontolnya ke mulutku sedikit, sambil lidahku berputar-putar menjilati kepala kontolnya. Lalu lidahku menjilati lubang kencingnya. Kubuka-buka lubang kencing itu dengan lidahku. Dito sampai terkejang-kejang saat lubang kencingnya kupermainkan.

Lalu kumasukkan seluruh batang ****** itu ke mulutku. Huaaah… hampir sampai ke tenggorokan. Enak sekali ngisep ****** besar begini. Kunaik-turunkan mulutku di sepanjang kontolnya. lalu kubasahi kepala kontolnya dengan ludahku, kemudian kukocok-kocok dengan taganku. Lalu kumasukkan lagi ke dalam mulutku dan kuhisap-hisap dengan nikmat.

Tiba-tiba tangannya meremas-remas pundakku dengan kuat. Kurasakan kontolnya semakin besar dan penuh dalam mulutku. Tubuhnya mengejang dan menggelepar, wajahnya menengadah. Satu tangannya mencengkeram kepalaku yang masih tertutup jilbab dan satunya meremas pundakku. Puncak kenikmatan diikuti semburan peju yang kuat di dalam mulutku, menyembur berulang kali.

Oh, terasa banyak sekali peju kental dan hangat menyembur dan memenuhi mulutku, hangat sekali dan terasa sekali peju yang keluar seolah menyembur seperti air yang memancar kuat. Langsung kutelan semua cairan nikmat itu tanpa bersisa. Setelah selesai, dia memiringkan tubuhnya dan tangannya meraih wajahku hingga mendekati wajahnya. Tangannya meremas lembut toketku sambil mencium wajahku. Aku senang dengan perlakuannya terhadapku.

“Lin, kamu luar biasa, memekmu licin, isepanmu nikmatnya bukan main.” Aku tersenyum bahagia mendengarnya sambil terus kugenggam kontolnya yang mulai mengecil.

Dia memang sangat pandai memperlakukan wanita. Dia tidak langsung bangkit merapihkan pakaian, tapi malah mengajak mengobrol sembari kontolnya makin mengecil. Dan tak henti-hentinya dia menciumku, membelai wajahku dan paling suka membelai toketku. Setelah cukup mengobrol dan saling membelai, dia menciumku lembut sekali. Benar benar aku terbuai dengan perlakuannya.

Hari-hari selanjutnya kejadian ini selalu kami ulangi dan ulangi lagi. Aku semakin suka dengan kontolnya yang besar dan panjang itu.

***

# Mandi Bareng Yang Nikmat
Sejak kuusir dari kamar Hotel beberapa waktu lalu, Torik semakin menjauhiku. Jika bukan untuk urusan kerja, dia tidak pernah lagi menegurku. Bahkan jika memungkinkan untuk urusan kerjapun dia hanya menitipkan dengan rekan kerjaku. Kecuali untuk pengambilan uang tunai yang memang harus menhadap aku secara langsung.

Apalagi sejak dia mengetahui aku mulai sering jalan bareng Dito. Bisa dikatakan hubunganku dengan Torik usai sudah. Bagiku tidak menjadi masalah. Karena hubunganku dengan Dito jelas jauh lebih menjanjikan.

Sejak aku resmi pacaran dengan Dito yang dideklarasikan saat air maninya menyembur di dalam mulutku di parkiran mobil Senayan beberapa hari lalu, gaya berpakaianku berubah total. Jika biasanya aku selalu mengenakan gaun muslim ketat dengan resleting di bagian punggung hingga bagian depan tubuhku benar-benar tercetak dengan jelas, kini aku selalu mengenakan busana dengan kancing-kancing yang banyak di bagian depan. Begitu juga dengan bagian bawahnya. Biasanya aku selalu mengenakan celana panjang, kini aku selalu mengenakan rok panjang.



Hal itu kulakukan atas permintaan Dito. Dia lebih suka aku mengenakan rok dan busana muslim berkancing depan. Bagiku tidak masalah, toh semua pakaian itu Dito yang membelikan.

Alasannya aku terlihat lebih anggun jika mengenakan busana seperti itu. Padahal aku tahu pasti alasan sebenarnya. Busana dengan kancing depan, tentunya supaya mudah dipreteli. Dan rok panjang, tentunya supaya mudah diangkat tanpa harus diplorotin seperti jika aku mengenakan celana panjang.

Apalagi sekarang ini jika kami akan kencan di tempat parkir Senayan yang sudah menjadi lokasi tetap kami itu, Dito selalu meminta aku untuk tidak mengenakan BH dan celana dalam. Dia selalu memeriksa kondisi ini ketika menjemputku di kantor. Begitu aku duduk di mobilnya, dia langsung meraba toket dan memekku. Jika ternyata aku masih mengenakan pakaian dalam, pasti aku disuruh turun lagi untuk segera melepasnya di toilet kantor.

Pernah usai kencan di mobil sampai dia ngecret di mulutku seperti biasanya, kami lanjut jalan-jalan ke Plaza Senayan. Padahal saat itu aku tidak mengenakan pakaian dalam karena Dito tidak mengijinkan aku mengenakannya. Jadilah aku jalan-jalan di sepanjang mall tanpa pakaian dalam. Selama jalan-jalan itu Dito tidak pernah lepas merangkul pinggangku sambil sesekali meremas pantatku yang telanjang di bagian dalamnya.

Dengan Dito memang aku cenderung jadi penurut. Bukan hanya karena Dito begitu royal dalam memberi hadiah termasuk HP terbaru yang saat ini aku gunakan. Tapi mungkin karena aku sudah yakin bahwa Dito akan menikahiku mengingat hubungan ini memang diawali oleh niat kedua belah pihak keluarga untuk menjodohkan kami. Aku suah sering dibawa berkunjung ke rumahnya untuk bertemu dengan kedua orang tuanya, atau hanya sekedar silaturahmi saja.

Seperti hari ini, dimana aku menghabiskan hari mingguku di rumah orang tua Dito sejak jam 8 pagi tadi. Bahkan untuk datang ke rumah orang tua Dito kali ini aku tidak perlu janjian dengan Dito, dan tidak perlu di jemput. Aku bisa datang sendiri.

Saat aku tiba dirumah orang tua dito di kawasan kemayoran, aku hanya diterima oleh ibunya. Sementara Dito sendiri masih tidur di kamarnya. Sebenarnya ibunda Dito mempersilahkan aku untuk membangunkan Dito di kamarnya. Tapi aku menolak karena rasa tidak enak dan tentunya jaga image sebagai calon menantu solehah, hahaha..

Setelah ngobrol-ngobrol sebentar, ternyata ibu dan ayah Dito harus pergi berbelanja beberapa keperluan. Aku sempat kecewa dan segera pamit pulang.

Tapi mereka mencegah, malah menyuruhku untuk jangan pulang dulu sampai mereka kembali dari berbelanja nanti. Katanya aku harus bantu mereka merias beberapa kado untuk pernikahan sahabat mereka.

“Emang belanjanya di mana, Bu?” tanyaku ingin tahu kira-kira berapa lama mereka meninggalkan rumah.

“Pondok Indah. Soalnya waktu itu udah coba cari di Senen sama di Kelapa Gading gak ada. Temen ibu bilang sih di Pondok Indah ada. Ya udah, mending yang pasti-pasti ajalah,”

Wah, kemayoran – pondok indah kan jauh. Berarti mereka bakalan lama banget baru pulang. Langsung pikiran jorokku melintas.

“Ya udah, Lin, kita pergi dulu ya. Tolong jagain rumah ya, Lin, pintunya di kunci aja.” Aku hanya mengangguk. Pastilah pintunya akan aku kunci. Supaya kalau mereka kembali aku sempat pake baju dulu.

Begitu mobil mereka hilang dari pandanganku, langsung kukunci pintu. Kemudian aku segera berjalan menuju kamar Dito. Kubuka pintu kamar Dito pelan-pelan karena tidak ingin membangunkan Dito.



Di dalam kamar yang luas ini kulihat Dito tergeletak di kasurnya bertelanjang dada dengan selimut yang hanya menutupi pinggang ke bawah. Kututup pintu pelan-pelan, langsung kubuka seluruh pakaianku sampai aku telanjang bulat tanpa sehelai benangpun menutupi. Kemudian aku langsung rebah disamping Dito, dan kukecup bibir Dito lembut. Dito hanya menggeliat kecil saat kukecup bibirnya. Kembali bibirnya kukecup pelan sambil tanganku mengusap-usap perutnya.

Perlahan Dito membuka matanya, dan terkejut melihat aku sudah berbaring bugil di sampingnya. “Eh, kamu kok telanjang di sini, nanti ketahuan ibu gimana?” sergah Dito sedikit panik.

“Tenang aja. Semuanya pergi ke Pondok Indah. Rumah sepi kok. Cuma ada pembantu. Mereka gak akan ngadu kan?” jawabku sambil menindih tubuh Dito dan mengeser-geser putting dadaku ke dadanya.

Dito tersenyum sambil merangkul tubuhku dan tangannya meremas pantatku. Kemudian aku digulingkan ke samping hingga aku terbaring telentang. Kemudian gantian Dito yang menindih tubuhku. Dia langsung menyerbu bibirku dengan penuh nafsu.

“Iiih… jorok ah. Belom sikat gigi. Mandi dulu gih sana.” teriakku sambil meronta centil menghindari ciuman-ciumannya.

“Mandiin…” rengek Dito manja.

“Manja deh…” tapi aku tidak menolak.

Kami segera bangkit dari tempat tidur. Aku keluar dari kamar Dito menuju kamar mandi sambil tetap dalam keadaan telanjang bulat. Aku yakin jika pembantu Dito melihatpun tidak akan berani bicara apa-apa pada keluarga Dito.

Di dalam kamar mandi aku langsung menelanjangi Dito yang tinggal memakai celana pendek. Kutarik celananya sambil aku berjongkok di depannya. Kontolnya hampir menampar mukaku saat celana dalamnya kupeloroti. Terlihat kontolnya sudah mulai ngaceng walau belum terlalu keras. Arahnya masih tegak lurus menunjuk mukaku. Belum sampai tegak berdiri. Biasanya kalau sudah ngaceng maksimal, pasti kontolnya akan tegak ke atas. Bukan menunjuk ke mukaku seperti sekarang ini.

Kugenggam pelan ****** Dito sambil kemudian kekocok-kocok pelan. Lalu kukecup ujung kepala kontolnya sambil aku bangkit berdiri. “Ayo, mandi dulu” bisikku seraya mengecup bibir Dito pelan.

Dito segera berbalik menuju Washtafel dan mulai menggosok giginya. Selama Dito menggosok gigi, aku menempelkan tubuhku dari belakang. Kutekan-tekan dadaku ke punggungnya, sementara kedua tanganku bermain-main dengan ****** besarnya. Batang kontolnya kukocok-kocok pelan dan biji pelernya kuremas-remas lembut. Saat Dito membungkuk untuk berkumur, aku meremas biji pelernya dari belakang pantatnya.

Selesai berkumur, Dito langsung mendekap tubuhku dan mengecup bibirku penuh nafsu. Lidah kami langsung saling membelit mengahdirkan rangsang-rangsang birahi yang menghanyutkan. Perlahan Dito mendorong tubuhku sampai dibawah shower. Sambil tetap berciuman tangan Dito membuka keran Shower.

Aku sempat terkaget sedikit saat air mengguyur tubuhku. “Oooghh….” desahku sambil terus menikmati jilatan-jilatan Dito di leherku.

****** Dito yang masih belum berdiri tegak terlipat ke bawah menyodok memekku. Kepala kontolnya menggerus-gerus memekku. Terasa sangat kencang karena ****** yang sedang berusaha bangkit berdiri itu tersangkut di belahan memekku. Tangan Dito meluncur dari punggungku terus turun sampai ke pantatku. Bongkahan pantatku diremasnya dengan gemas. Sambil terus menjilati leher dan pundakku, tangannya yang meremas pantatku terus turun sampai ke lobang pantatku. Jemarinya melewati lobang pantat dan menyentuh memekku. Aku tersentak dan otomatis memaju-mundurkan pinggulku.

Kuangkat sebelah kakiku membelit kakinya hingga aku agak terkangkang. Akibatnya kepala ****** Dito semakin leluasa menyodok memekku. “Katanya mau mandiin aku…” bisik Dito ditelingaku sambil daun telingaku di kecup dan ditarik-tarik dengan bibirnya. Aku segera melapaskan pelukanku dan mengambil botol sabun cair dan menuangkannya ke kain busa yang sudah tersedia.



Lalu kogosok tubuh Dito mulai dari dadanya, kemudian turun keperut bawahnya sampai hampir menyentuh batang kontolnya. Kemudian aku berputar ke balik tubuhnya dan mulai menyabuni punggung Dito. Aku merosot turun sampai berjongkok dan lama menyabuni pantat seksi Dito. Kugosok-gosok dan kuremas-remas pantatnya. Kemudian aku terus menyabuni paha belakangnya sampai ke betis dan mata kakinya. Lalu aku meminta Dito berbalik hingga kontolnya kembali menghadap wajahku. Kusabuni paha depan Dito dan bagian dalam paha di dekat biji pelernya.

Aku tidak menyabuni kontolnya karena aku lebih tertarik menjilati ****** yang sudah tegang itu. Kukecup ujung ****** Dito, kuemut-emut kepala kontolnya. Lalu kuhisap ****** Dito kuat-kuat sambil mulutku maju. ****** itu seolah tersedot ke dalam mulutku sampai pangkal batang kontolnya. Seluruh batang ****** Dito masuk sudah ke dalam mulutku. Lidahku berputar-putar menjelajahi seluruh batang kontolnya. Lalu kembali kusedot kuat sambil mulutku mundur sampai ke ujung kepala kontolnya. Begitu sampai di kepala ******, aku menghisap lebih kuat lagi lalu kumundurkan mulutku sampai kontolnya terlepas. ****** Dito sampai terpental dan plak! terdengar suara keras saat ****** itu terpental menyentuh perutnya. Kontolnya benar-benar sudah ngaceng penuh.

Aku sedikit bangkit dan menunduk untuk mengambil kembali ****** Dito dengan mulutku, dan melanjutkan menghisap, menjilat dan mengulum ****** besar yang menggairahkan itu. Kukocok-kocok ****** Dito dengan tanganku yang belepotan sabun. Akibat banyaknya sabun di tanganku, kocokanku pada ****** Dito menjadi licin dan lancar. Kemudian kubiarkan air shower menghapus busa sabun di kontolnya dan kembali aku memasukkan ****** itu ke dalam mulutku, membuat Dito mengerang-ngerang hebat.

Tiba-tiba Dito menggenggam bahuku dan memaksaku berdiri. Gantian sekarang dia yang menyabuni tubuhku. Padahal tadi pagi aku sudah mandi. Tapi mandi kali ini jauh lebih nikmat daripada mandiku tadi pagi.

Dito menyabuni tubuhku dengan telaten. Apalagi saat sampai di bagian dadaku. Lama sekali tangannya berputar-putar di sekitar puting susuku. Kedua tangannya berputar-putar di kedua belah dadaku sambil meremas-remas. Kemudian putaran tangannya semakin mengerucut hingga menyentuh pentil toketku. Lalu pentil toketku di jepit dengan jari-jarinya dan dipilin-pilin kemudian ditarik-ditarik. Setelah itu kembali tangannya berputar-putar menjelajahi dadaku dan terus menjawil-jawil pentil toketku lagi.

Aaaaaghhh… aku benar-benar menikmati permainan Dito. Nikmat sekali dikerjain sambil diguyur shower seperti ini. Dito meletakkan busa ke tempatnya di dinding kamar mandi dan kembali meremas dadaku sampai busa sabunnya benar-benar hilang tersapu air shower.

Lalu gantian lidahnya yang menyerbu toketku. Pentil toketku di sedot dengan kuat sambil lidahnya terus menyentil-nyentil. Bergantian dada kiri dan kananku diserbu oleh Dito. Aku semakin bergelinjang nikmat. Pentil susuku sudah berdiri mengacung dengan tegak. Mulutku hanya mampu mendesis-desis tidak bisa berkata yang lain.

Dito mulai menurunkan tubuhnya sambil lidahnya ikutan turun menjelajahi perutku. Tanpa mampir ke perutku, Dito terus turun dan langsung melahap memekku. Tidak perlu dikomando lagi langsung kuangkat sebelah kakiku. Telapak kakiku kuletakkan di bahu Dito. Posisiku saat ini benar-benar merangsang. Ngangkang lebar sekali.

Dengan posisiku seperti itu lidah Dito menjadi leluasa untuk menjilati seluruh relung memekku. Lidahnya menjilat dari bawah ke atas berkali-kali.

“Ooooohhhhh… Ditoooo… enaaaaak…” aku menggoyang-goyangkan pinggulku mencari kenikmatan. Dito terus saja menjilati memekku dari bawah keatas. Lalu tiba-tiba itilku disedot dengan kuat.

“Aaaaaawww…” aku bukan lagi sekedar mendesah. Tapi aku menjerit sekuatnya. Sedotan Dito pada itilku benar-benar membuat aku tersentak-sentak nikmat. Sepinya rumah membuat aku merasa leluasa untuk menjerit-jert histeris.

Kemudian sambil terus menjilati memekku, Dito membuka memekku dengan kedua belah tangannya. Memekku sampai merekah lebar. Lalu lidah Dito menerobos lebih ke dalam lagi lubang memekku.

“Aaaawwwwhhhh… Dito… diapaiiin ituuu… enak bangeeeet…” aku semakin histeris merasakan lidah Dito yang menerobos ke dalam lubang memekku. Lidah itu tidak hanya menerobos, tapi berputar-putar menjilati dinding-dnding memek.

Aku tidak mampu lagi bertahan. Gelombang orgasme menderu dengan derasnya. Aku berpegangan pada kepala Dito sambil kuremas rambutnya. Memekku kutekan kuat-kuat ke mulutnya mengiringi semburan-semburan nikmat dari dalam memekku. Aku kejang… tegang… lemas…

Tak bisa ditahan lagi, tubuhku meluncur turun sampai aku terduduk di lantai dan bersandar lemah ke dinding kamar mandi. Dito membiarkan aku terduduk lemas dan melanjutkan mandinya. Kulihat perlahan ****** Dito mulai mengecil karena terguyur air dingin. Tapi tidak sampai kecil sekali. Kontolnya hanya mengecil sedikit sampai pada posisi menunjuk ke depan lagi. Setelah selesai mandi dia mematikan shower dan mengeringkan tubuhnya dengan handuk.

Setelah itu dia mengelap tubuhku dengan handuk. Mulai dari rambutku, wajahku, leher, kemudian dada, perut, memek dan kakiku dikeringkannya dengan handuk. Kemudian aku ditarik hingga duduk tegak agar dia mudah mengeringkan punggungku. Aku merasa tersanjung sekali dengan perlakuannya.



Setelah selesai, aku digendong keluar kamar mandi dalam keadaan kami masih sama-sama telanjang bulat. Saat akan memasuki kamar Dito, kami berpapasan dengan salah seorang pembantu Dito yang langsung menjerit kaget melihat ****** Dito yang mengangguk-angguk. Pembantu itu langsung terbirit-birit ke dapur sambil menutup mukanya. Aku dan Dito hanya cekikikan menyaksikan peristiwa itu.

Sesampai di kamar, Dito menutup pintu kamar dengan cara menendangnya. Kemudian aku direbahkan ke kasur dan langsung Dito menindih tubuhku. Bibirku kembali diciumi denga ganas, sementara kontolnya menggesek-gesek memekku.

Kemudian tiba-tiba Dito bangkit berjongkok di depan memekku. Kedua belah kakiku diangkat sampai mengangkang lebar. Kemudian Dito mulai menggesek-gesek memekku dengan kontolnya.

Aku langsung tegang menerima serangan seperti ini. Aku takut Dito memasukkan kontolnya ke dalam memekku. Tapi aku juga tidak ingin menyuruhnya berhenti.

Rupanya Dito menyadari ketakutanku. Dia menunduk mengecup puting dada kananku kemudian memandangku sambil tersenyum. “Tenang, sayang… aku tahu kamu masih perawan. Aku cuma mau gesek-gesek aja kok. Kamu nikmatin aja ya. Gak usah tegang gitu.”

Aku tenang mendengar janji Dito. Walaupun bisa saja Dito melanggar janjinya dan nekat menerobos masuk. Kembali Dito meletakkan kontolnya di belahan memekku. Kemudian ****** itu digerak-gerakkan ke atas dan ke bawah. Terkadang dengan bantuan tangannya ****** itu digetar-getarkan dengan kuat di lubang memekku.

“Aaaaawwww… Dito… iyaaa… gitu, sayaaaang… enak bangeeet…” aku menjerit-jerit lagi. Dito terus memainkan kontolnya di memekku. Itilku disundul-sundul menggunakan kepala kontolnya.

Gelombang nikmat kembali menderaku dengan hebat. Seluruh tubuhku menegang, pentil susuku mengacung keras, aku mengangkat pantatku tinggi menekan kontolnya lebih keras lagi. Dan… serrrr… srrrrrr… semburan nikmat terasa melanda dari dalam memekku dengan derasnya.

Pantatku terus terangkat tinggi. Memekku menempel ketat pada kontolnya. Setelah itu aku terjerembab lemas terkangkang di kasur. Dito masih menindih tubuhku sebentar sambil menciumi wajahku. Setelah itu dia bangkit dan duduk bersandar di sebelahku. Kontolnya masih mengacung tegak dekat sekali dengan kepalaku.

Aku berguling kepangkuannya dan langsung menghadap kontolnya. Kumasukkan ****** besar yang full ngaceng itu ke dalam mulutku. Kusedot-sedot, kukocok-kocok dengan mulutku. Lidahku menjilati batang kontolnya mulai dari biji pelernya, naik terus ke batang ****** sampai ke ujung kepala kontolnya. Lubang kencingnya kujilat-jilat dan kubuka-buka dengan ujung lidahku. Kumasukkan lagi seluruh batang ****** itu ke dalam mulutku. Mulutku kutekan sampai menyentuh pangkal kontolnya. Terasa ujung kontolnya hampir menyentuh kerongkonganku. Lidahku bermain-main di dalam sana. Lalu kutarik pelan mulutku sambil menghisap ****** Dito kuat-kuat.

Kuturunkan lagi, kuhisap lagi sambil kutarik keluar, kuhisap lagi, lalu kukocok-kocok dengan mulutku berkali-kali dengan kecepatan sedang. Setelah itu kontolnya kukocok dengan tanganku setelah seluruh permukaan kontolnya kubasahi dengan ludahku. Dito mengerang keras saat tanganku mengocok kontolnya. Sepertinya dia merasa lebih nikmat saat kukocok. Karena teriakannya lebih keras saat kontolnya kukocok dengan tangan dibandingkan saat kuhisap-hisap dengan mulutku.

Menyadari itu aku lebih sering mengocok dengan tangan daripada menghisapnya dengan mulut. Paling-paling saat kontolnya agak kering, aku mengulumnya sejenak untuk membasahi kontonya lagi. Setelah itu kukocok lagi menggunakan tanganku dengan kecepatan tinggi.

Cara ini membuahkan hasil. Dito sampai mendelik sambil mengerang keras. Kontolnya terasa mendenyut-denyut keras. Cepat-cepat kumasukkan lagi kontolnya ke dalam mulutku. Kusedot-sedot dengan kuat. Dan… Crooooooot… croooot…

Terasa tidak kurang dari 6 kali semburan hangat menerpa mulutku. Kutelan semua air mani Dito. Tapi saat kontolnya kulepaskan dari mulutku, ternyata masih ada 2 kali semburan lagi yang langsung menerpa wajahku dan membasahi hidung dan bibirku. Aku sampai terkaget-kaget menerima semburan yang tiba-tiba itu.

Setelah aku yakin semburannya sudah berhenti, kubersihkan ****** Dito dengan mulutku. Kemudian aku berguling telentang.

Aaah… nikmat sekali…

***

# Sebuah Pengakuan

“Iya, sayaaang… isep terussss… isep yang kenceng…” teriak Dito di tengah sibuknya mulutku mengulum ****** besarnya. Kulepaskan ****** Dito dari mulutku lalu kukocok-kocok ****** itu dengan tanganku.

“Aaaaaahh… iseeep lagiiii…” kurasakan ****** Dito semakin keras. Cepat kulahap lagi ****** Dito. Kuhisap kuat-kuat dan… crooottt… crooott… beberapa semburan hangat menerjang tenggorokanku.

Kutelan semua air maninya, kemudian kubersihkan ****** Dito dengan cara menjilati sekujur batang kontolnya. Setelah kontolnya bersih, kurebahkan tubuh telanjangku di sebelah Dito.

Hhh… sudah jam 9 malam. Capek juga. Sudah tiga kali Dito ngecret di mulutku sejak kami check-in sore tadi. Hotel dikawasan Sudirman ini lagi-lagi memberiku hadiah voucher menginap. Kali ini aku menikmatinya bersama Dito. Dan begitu kami masuk kamar kami langsung bertempur hebat dalam keadaan bugil total. Dan sampai saat ini kami belum berpakaian sama sekali. Termasuk saat makan malam tadi, tetap kami nikmati dalam keadaan bugil.

Saat pelayan mengantarkan makanan, aku hanya menutupi tubuh telanjangku dengan selimut tebal sambil berbaring. Sementara Dito hanya melilitkan handuk menutupi kontolnya yang baru saja muncrat.

Dito mengusap kepalaku lembut, kemudian mengecup bibirku pelan. Selanjutnya aku bergeser mendekat dan meletakkan kepalaku di bahunya. “Kamu pinter banget sih ngisep kontolnya, sayang…” ucap Dito sambil mengusap-usap bahuku. Aku diam saja tidak berkomentar. Hanya jemariku saja yang terus mengusap-usap dada bidangnya.

“Emang kamu udah pengalaman ya ngisep ******?” tanya Dito tiba-tiba. Aku agak tercekat mendengar pertanyaannya.

“Nggak kok… kamu nuduh…” jawabku pelan dan hati-hati. Dito tetap mengusap-usap bahuku.



“Kalo gak pengalaman, kok bisa jago gitu ngisepnya?”

“Ya nggak tau… aku cuma ngikutin naluri aja.” jawabku berdalih. Tidak mungkin aku mengakui bahwa sebenarnya hampir semua mantan pacarku pasti pernah aku isap kontolnya.

“Cerita donk, sayang… aku gak apa-apa kok kalo memang ternyata kamu udah pengalaman. Malah enak kan, punya pacar yang jago ngisep ******.” Dito terus saja medesak dengan pertanyaannya.

Aku bimbang. Haruskah aku jujur padanya? Bagaimana kalau nanti dia merasa jijik dan malah meninggalkanku. Tapi jika aku tidak jujur, bagaimana jika nanti dia tau dari orang lain? Apalagi jika kami sudah menikah nantinya, tiba-tiba ada mantan pacarku yang cerita. Pasti Dito akan marah besar. Aku benar-benar bingung.

Dito terus saja membujukku dengan kata-kata yang lembut sambil terus mengusap-usap bahuku. Sampai akhirnya aku merasa Dito benar-benar sayang padaku dan mau menerimaku apa adanya.

“Iya emang aku udah pernah sih ngisep ****** sebelum kamu…” ujarku pelan. Sangat pelan malah. Nyaris hanya berbisik. Aku menunggu reaksi Dito dengan takut. Dito meremas bahuku sejenak.

“Nah, kan gitu enak. Gak apa-apa lagi. Gak usah malu-malu. Lagian kan berasa isepan yang udah pengalaman sama yang belom.” Aku tetap tidak berani menatap wajah Dito. Ada rasa malu yang hinggap ketika harus mengaku mengenai masa laluku.

“Udah berapa ****** yang pernah kamu isep?” tanya Dito lagi tetap tanpa ekspresi yang berlebihan. Dia tetap dengan gaya tenangnya sambil mengusap-usap bahuku.

“Iih… udah ah. Jangan bahas yang begituan.” aku menghindar dari pertanyaannya. Sulit bagiku untuk menjawab pertanyaan yang satu ini.

“Gak apa-apa, sayang. Aku pengen tau aja. Gak akan ada pengaruhnya buat aku. Aku tetep sayang kamu kok.” terus saja Dito membujukku untuk mengaku.

“Ya ampir semua mantan pacarku pernah aku isep.” jawabku akhirnya.

“Kamu udah berapa kali pacaran sih?” taya Dito lagi.

“Delapan kali, termasuk kamu.”

“Semuanya pernah kamu isep?” kejar Dito. Sepertinya dia benar-benar penasaran ingin tahu yang sebenarnya.

“Ya nggak lah. Gak semuanya aku isep.” sergahku. Kupererat pelukanku pada tubuh Dito untuk menutupi rasa khawatirku.

“Jadi berapa ****** yang udah pernah kamu isep?” tanya Dito terus-menerus sampai akhirnya aku menyerah.

“Lima, termasuk kamu.” jawabku hati-hati.

“Wooow… dari 8 pacar, 5 orang kamu isep kontolnya? Hebat. Ternyata kamu bener-bener pengalaman soal ******, sayang…” ujar Dito sambil mengangkat wajahku. Aku begitu malu untuk menatap wajahnya. Tapi melihat senyumnya, akhirnya aku menjadi lega. Dito tidak marah. Dia malah mencium bibirku dengan penuh nafsu.

“Ngebayangin kamu ngisep ****** pacar-pacar kamu, aku jadi ngaceng lagi nih…” Mendengar ucapannya buru-buru kuraba selangkangannya. Oooh… memang benar. Kontolnya sudah keras lagi.

“Ayo, sayang… puasin aku lagi. Keluarin semua ilmu ngisep ****** kamu, sayang…” pinta Dito sambil tersenyum penuh nafsu.

“Beneran kamu pengen diisep?” tanyaku berbasa-basi.

“Iya donk, sayang… percuma punya pacar jago ngisep ****** kalo gak mau di isep. Ayo, sayang, puasin aku.” Dito berkata begitu sambil mendorong kepalaku menuju kontolnya.

Aku segera menggeser tubuhku turun dan menjilati perutnya. Tapi Dito terus saja mendorong kepalaku. “Gak usah mampir di perut. Langsung aja isep kontolnya.” aku mendengar nada yang agak aneh dan tidak biasanya. Tapi buru-buru kuhapus rasa aneh tersebut. Aku langsung merosot menuju kontolnya.

Kugenggam ****** Dito yang sudah ngaceng penuh itu. Urat-urat di batang kontolnya sudah bertonjolan membuat ****** itu tampak begitu gagah. Kujilat pelan kepala kontolnya yang seperti helm tentara itu. Kuputar-putar lidahku di selebar kepala kontolnya. Kubuka-buka lubang kencingnya dengan ujung lidahku. Erangan Dito mulai terdengar agak keras.

Aku tidak ingin buru-buru memasukkan ****** besar ini ke dalam mulutku. Kujelajahi dulu seluruh batangnya dengan lidahku. Mulai dari kedua bijinya, kujilati bergantian biji kiri dan kanan. Kemudian kumasukkan salah satu biji pelernya ke dalam mulutku. Kusedot pelan sambil lidahku bermain-main di seputar biji itu. Lalu kulakukan hal yang sama pada biji satunya lagi. Kumasukkan ke dalam mulut, kuhisap pelan dan kujilati seluruh permukaan bijinya. Lalu kutarik-tarik bulu-bulu di sekitar bijinya dengan bibirku.

Kemudian lidahku menjilati dari biji naik ke atas menyusuri seluruh batang kontolnya. Kujilati dari bawah ke atas berulang-ulang sambil terus kugenggam ****** beras itu dengan tanganku.

Selanjutnya kutekuk ****** Dito sedikit ke arah bawah, sehingga aku bisa menjilati perut bawah Dito. Kutarik-tarik lagi bulu-bulu di perut bagian bawah tepat diatas pangkal ****** dengan bibirku. Kemudian kuciumi permukaan kontolnya sampai ke ujung kepala kontolnya. Barulah setelah itu kumasukkan kepala kontolnya ke dalam mulutku.

Kuisap-isap dan kupermainkan lidahku dipermukaan kepala kontolnya. Lalu kumasukkan seluruh batang kontolnya ke dalam mulutku. Memang terasa batang ****** Dito lebih besar dan lebih keras dari biasanya. Mungkin benar Dito menjadi lebih terangsang mendengar aku sudah banyak pengalaman soal ******.

Memikirkan itu aku jadi lebih bersemangat. Kugerakkan mulutku maju mundur mengocok kontolnya sambil lidahku terus menjilat-jilat. Kusedot-sedot kontolnya sampai hampir melejit keluar dari mulutku.

Setelah mulutku agak pegal, kukocok ****** Dito dengan tanganku. Kukocok dengan kecepatan tinggi. Dito sampai berteriak saking enaknya. “Uaaaaaahhhhhh… enak banget, sayang….. terus, sayaaaanggg…”

Semakin Dito berteriak, semakin semangat aku mengocok dan menghisap kontolnya. Sampai akhirnya kurasakan denyutan-denyutan kecil di ****** Dito. Menyadari bahwa Dito sebentar lagi akan ngecret, cepat kuhisap ****** Dito sekuat-kuatnya sambil batang kontolnya dibagian bawah kukocok-kocok dengan tanganku.

Akhirnya sampai juga. Dito berteriak histeris menjemput ejakulasinya. Crooooooootttt…!!! semburannya begitu keras terasa menggempur dinding-dinding mulutku. Kuhisap terus, kusedot-sedot sambil aku menelan semua air mani yang ada. Kusedot-sedot terus sampai tidak ada lagi yang keluar dari kontolnya.

Kusedot terus sampai ****** Dito melemas dan mulai mengecil. Terus saja kusedot-sedot sampai ****** itu benar-benar kecil dan lemas.

Dito terkapar nikmat. Matanya terpejam sementara dadanya naik turun seiring dengan nafasnya yang ngos-ngosan. Aku berbaring disebelah Dito sambil mengangkang lebar menunggu serangan Dito selanjutnya. Tapi kutunggu-tunggu Dito tetap memejamkan matanya tak peduli dengan memekku yang sudah gatal ingin dijilati.

Dengan tak sabar kutindih tubuh Dito lalu kukecup bibirnya. Tak ada reaksi, malah terdengar dengkur tipis Dito. Aahh… Dito tidur? Kok curang sih?

Kuhempaskan lagi tubuhku ke kasur dengan sedikit kesal. Tapi setelah kupikir lagi, ya wajarlah Dito jatuh tertidur. Dia sudah 4 kali ngecret semalaman ini saja. Menyadari hal itu kukecup pipi Dito yang masih terlelap itu dengan penuh rasa sayang. Kemudian aku mencoba untuk tidur.

BERSAMBUNG.......

1 komentar:

  1. Sands Casino: Your Premier Destination - TSC Casinos
    Play now at Sands Casino, the premier Vegas casino resort in Las Vegas, Nevada. Experience luxurious accommodations, delicious dining, and enjoyable 샌즈 카지노 게임 casino

    BalasHapus