Kamis, 04 Desember 2014

Di Balik Jilbabku ada Nafsu (Episode 1)

Namaku Lina. Sejak aku kuliah semester awal, aku telah memutuskan untuk mengenakan busana Muslimah termasuk mengenakan Jilbab yang menutupi Kepalaku. Meski demikian pakaian tersebut tak mampu menutupi lekuk liku tubuhku yang indah. Terutama pada bagian dada 34C ku yang memang sangat menonjol itu.

Jika pada umumnya wanita lain mengenakan busana muslimah dengan ukuran longgar, aku memilih mengenakan pakaian yang ketat hingga membentuk tubuhku dengan jelas. Jika pada umumnya wanita lain mengenakan Jilbab yang panjang hingga sampai ke perut, aku justru memilih Jilbab pendek yang bahkan tidak sampai menutupi dadaku. Karena terus terang saja, aku memang sangat bangga pada bentuk dadaku yang besar, montok menggelayut indah. Jika mengenakan BH yang tepat, dipadu dengan baju yang ketat, maka akan terlihat menonjol dan menantang sekali.

Pacarku sangat tergila-gila pada bentuk dadaku. Setiap kali kami bertemu, pasti disempatkannya untuk mencumbu dadaku. Sementara kedoyananku pada ****** bermula ketika aku masih duduk di bangku SMA. Saat itu aku hanya berani menyentuh ****** pacarku saja. Menyentuh, mengelus-elus. Tidak lebih dari itu.

Lagipula ketika SMA itu pacarku memang tidak pernah menuntut lebih. Dia sudah cukup keenakan hanya dengan kusentuh-sentuh saja. Bahkan seringkali aku hanya menyentuh kontolnya dari luar celananya.

Namun semuanya berubah ketika aku mulai kuliah di Jakarta. Perkenalanku dengan cowok-cowok Jakarta yang ternyata penuh pengalaman membuat hidupku berubah.

Sejak pertama kali pacarku meminta aku mengisap kontolnya, aku langsung suka . Dan sejak itu aku jadi wanita berjilbab yang doyan ******.

***

# Sebuah Permulaan

Pagi ini hangatnya mentari yang menerobos jendela kamarku membuatku terbangun dari tidurku yang lelap setelah semalam memekku luluh lantak dijilat pacarku.

Masih terbayang bagaimana lidahnya menari-nari di dalam memekku. Masih terbayang juga bagaimana kontolnya memenuhi rongga mulutku sampai muncrat dengan derasnya di dalam mulutku. Saking derasnya sampai-sampai tumpah meleleh membasahi leherku.

Malas-malasan kusingkirkan selimut yang menutupi tubuh telanjangku. Kubiarkan angin menerpa tubuh mulusku. Sambil tanganku meraba-raba bulu memekku yang tipis, aku membayangkan kembali kejadian-kejadian di masa lalu saat pertama kali aku mengenal ******.

***

Saat itu aku masih kelas 3 SMA. Sebenarnya saat itu aku belum boleh pacaran. Tapi mana bisa aku tahan. Maka dengan diam-diam aku tetap menjalin hubungan dengan teman sekelasku.

Ceritanya waktu itu aku janjian dengan pacarku mau nonton film di bioskop. Sekitar jam 6.30 sore aku bergegas pergi tanpa pamit.

Sesampai di bioskop pacarku menyambut dengan senyum lebarnya. Langsung digandengnya tanganku menuju teater 3 karena pertunjukan sudah hampir dimulai.

Ternyata da memilih tempat duduk paling belakang dan paling ujung. Benar-benar tempat yang strategis dan aman untuk pacaran. Kami pun langsung duduk manis di pojok bioskop ini.

Belum lagi pertunjukan dimulai, tangannya sudah mulai bergerilya meraba-raba pahaku yang terbungkus rok longgar dengan potongan agak pendek. Perlahan dia menyentuh lututku yang tidak tertutup rok. Padahal lampu bioskop belum dimatikan. Tapi kudiamkan saja perbuatannya itu. Karena kulihat di barisan tempat kami duduk tidak ada penonton lain. Jadi bisa dipastikan tidak ada yang melihat gerakan jemarinya di lututku.

Mungkin karena merasa tidak ada penolakan dariku membuat jemarinya semakin berani. Perlahan jari-jemarinya bergerak ke atas menggeser rokku hingga sedikit tersingkap. Bulu kudukku lamgsung meremang menerima serangan seperti ini.

Ini adalah pengalaman pertama aku di raba-raba seperti ini. Biasanya pacarku hanya berani menggandeng dan menggenggam tanganku saja. Kejadian ini benar-benar pengalaman pertama buatku.

Perlahan jemari di atas pahaku semakin bergerak ke atas. Perasaan aneh menyelimuti diriku. Geli… tapi nikmat. Hingga akhirnya rokku benar-benar tersingkap sampai atas. Dan celana dalamku pun terpampang dengan jelasnya sementara lampu bioskop masih terang benderang. Sejenak ada terbersit rasa takut ketahuan. Tapi rasa nikmat mengalahkan pikiran sehatku. maka kubiarkan saja jemari kasar itu terus bermain-main di atas pahaku. bahkan kemudian kurasakan jemarinya mulai menyentuh belahan memekku dari luar celana dalam.

Aku tersentak nikmat. Rasa nikmat yang belum pernah kurasakan.

Sedang kunikmati gesekan jemarinya di belahan memekku, tiba-tiba lampu padam. Ah, pertunjukan akan dimulai.

Aku tidak perduli lagi dengan keadaan sekitar. Langsung kurengkuh wajah pacarku ini. Kucium bibirnya penuh nafsu. Lidahku bermain-main di rongga mulutnya. Saling membelit, melilit, menjilat-jilat dengan liar. Padahal ini adalah ciuman pertama bagiku. Aku hanya mengikuti naluri nafsuku saja.

Menerima perlakuanku yang penuh nafsu itu membuat dia bertambah semangat. Jemarinya langsung menerobos celana dalamku. Dan akupun terpekik pelan saat kurasakan jemarinya menyentuh memekku secara langsung. Perlahan dibukanya belahan memekku sambil mencari-cari klitorisku. Dan saat benda kecil itu tersentuh, sungguh rasanya seperti melayang ke langit ke tujuh. Luar biasa nikmatnya. Jika saja aku sedang tidak di dalam bioskop, aku pasti sudah berteriak histeris penuh nikmat.



Saat kurasakan tangan pacarku agak terhambat celana dalam, tanpa ragu-ragu segera kupelorotkan celana dalamku dan kuletakkan celana dalamku itu di kursi sebelah. Lalu kubentangkan kakiku lebar-lebar agar memekku bebas terhidang dengan lezatnya. Dengan demikian jemari nikmat itu semakin mudah mengobok-obok memekku yang sudah banjir bandang.

“Aaaaah… gosok terus, sayaaang…” aku mengerang perlahan takut terdengar penonton lain. kugoyang-goyangkan pinggulku agar jemarinya menyentuh itilku. Setiap kali itilku tersentuh, rasanya seperti ada ribuan jemari yang menggelitik sekujur tubuhku.

Nikmaaaaaat… Oooooh…!!!

Tak cukup sampai disitu, segera kubuka kancing-kancing kemejaku. Kubuka semuanya sampai tubuh bagian depanku terbuka bebas. Lalu kubuka kancing BH ku dari belakang. Tak ayal kedua payudaraku yang berukuran extra itu langsung melompat mencari udara segar.

Kubuka BH-ku lewat kedua lenganku dan kuletakkan di kursi sebelah bersama CD-ku yang sudah nangkring duluan. Kini dadaku terpampang dengan indah. Lalu kuremas-remas sendiri mengimbangi gerak jemari pacarku yang masih asik bermain-main di memekku.

Tak lama kurasakan ada sesuatu yang mendesak akan meledak dari dalam tubuhku. Seluruh otot ditubuhku mengejang. Terutama otot memek. Beberapa kedutan kurasakan dengan rasa nikmat yang tak terkira. “Aaaaaaaah… sayaaaaanggg… enak bangeeeeet…”

Masih tersisa beberapa kedutan lagi sampai akhirnya tubuhku lemas tak berdaya. Rasanya bagaikan tulang-tulang di seluruh tubuh ku di lepas satu per satu.

Aku masih terbuai dengan rasa nikmat yang tiada tara saat kurasakan puting dadaku ada yang mencium. Oooh… nikmat itu datang lagi. Lalu pacarku berbisik lembut di telingaku. “Lin, gantian pegang kontolku donk…”

Aku hanya mengangguk sambil menjawab “Iya…” dengan perlahan. Dalam hatiku muncul rasa penasaran seperti apa bentuk ****** itu sebenarnya.

Dengan agak terburu-buru kekasihku menurunkan celana berikut celana dalamnya sampai sebatas lutut. Dan terlihat lah benda bulat panjang yang mengacung dengan gagahnya.

Agak ragu kusentuh benda yang katanya bisa bikin enak memek itu.

Melihat aku ragu-ragu, pacarku langsung menyambar tanganku dan membimbingnya untuk menggenggam ****** besar itu. Baru sekali itu aku melihat langsung ****** yang sedang ngaceng. Karena belum mengerti harus bagaimana, aku hanya mengelus-elus perlahan sambil kubolak-balik memperhatikan bentuknya.

Sedang seru-serunya menggenggam ******, tiba-tiba lampu menyala terang benderang. Aku panik bukan main. Buru-buru kukancingkan bajuku tanpa sempat memakai BH. Bahkan celana dalam pun belum sempat kukenakan.

Jadilah aku pulang dengan tanpa BH tanpa celana dalam…

***

# Ancol Kenangan

Selepas SMA, aku melanjutkan kuliah ke Jakarta di sebuah perguruan tinggi yang lokasinya dekat dengan Ancol. Disaat kuliah inilah aku memutuskan untuk memakai busana muslim lengkap dengan Jilbab yang menutupi kepalaku.

Di bulan ketiga aku kuliah, aku berkenalan dengan seorang cowok dari fakultas teknik. Wajahnya lumayan ganteng, tubuh atletis karena memang dia rajin berolah raga. Dadanya bidang tegap dengan bongkahan pantatnya yang membulat bikin ngences. Doni benar-benar punya bentuk tubuh yang sangat menjanjikan.

Kencan pertama kami pergi nonton di bilangan Kelapa Gading. Saat film dimulai, Doni mulai menggenggam jemariku. Kemudian dia mencium jemariku. Aku menunggu dengan berdebar langkah berikutnya.



Tapi ternyata serangannya hanya sampai di situ saja. Hingga film usai, dia hanya menciumi jemariku tidak lebih. Ah, padahal aku ingin lebih. Ingin rasanya aku memulai, tapi malu juga. Apalagi ini baru kencan pertama. Akhirnya kami pulang tanpa meninggalkan kesan apapun.

Hari-hari berikutnya aku disibukkan dengan kuliah hingga tidak terlalu sering bertemu dengan dia.

Namun selang 3 hari, kembali Doni mengajakku kencan. Mau makan malam katanya. Akupun langsung menyetujui dan minta dia menjemputku di tempat kostku.

Jam 8 malam dia datang menjemput, dan kami langsung menuju Ancol dengan mobilnya. Awalnya kami hanya berputar-putar saja di kawasan ancol. Mungkin karena dia mengira aku belum pernah ke ancol. Maklum baru 3 bulan di Jakarta.

Akhirnya kami parkir di tempat yang agak sepi. Sebenarnya aku bingung juga, ngapain ngobrol di mobil. Katanya mau makan malam. Tapi belum sempat aku bertanya, tiba-tiba dia sudah langsung mencium bibirku. Ciumannya begitu menghanyutkan membuat aku benar-benar terlena. Apalagi tangan kanannya langsung meremas dada kiriku dengan lembut. Lalu tanpa sempat aku menolak, Jilbabku di buka. Aku ingin mencegah, tapi kupikir pacaran begini pake jilbab, ya malu sama jilbab lah. Maka kubiarkan saja jilbabku melayang entah kemana.

Perlahan ciumannya berpindah ke kupingku yang sudah tak tertutup jilbab lagi. Langsung aku gemetar merasakan geli-geli enak yang luar biasa. Setelah itu lidahnya turun menjilati leherku yang putih mulus. Aku semakin melayang.

Perlahan tangannya membuka kancing-kancing bajuku sampai copot semua. Dengan semangat, kemejaku di kuakkannya hingga terbuka lebar. Lalu tangannya bergerak ke punggungku dan ‘Tasss !’ kancing BH-ku dilepas. Dadaku yang besar langsung melompat indah.

Dengan penuh nafsu dia angkat BH-ku keatas, dan tampaklah payudaraku yang putih besar dengan putingnya yang sudah mengacung keras. Sejenak dipandanginya kedua buah dadaku. Lalu perlahan diusapnya putingku. Dipencet-pencet, dipelintir pelan, ooooh…. rasanya tidak kuat lagi. Langsung kutarik kepalanya minta diisep.

Rupanya dia mengerti keinginanku. Langsung lidahnya bermain-main di putting susuku. Ujung pentilku di sentil-sentil dengan lidahnya. Rasanya bukan main. Enaaakkk sekali…

“Aaaaah… Sayaaaang…. Isep, sayaaang…” tak mampu kutahan kejolak nafsuku. Saat mulutnya melahap dadaku, eranganku semakin menjadi. “Aaaaaaghhhh… terus, sayaaang… isep yang kenceeeng…” Lupa sudah aku dengan Jilbabku. Yang kuinginkan saat ini adalah kenikmatan yang lebih dan lebih …



Celana dalamku rasanya sudah basah. Maka agar dia langsung menuju memekku yang sudah becek ini, kuangkat kakiku dan ngangkang selebar-selebarnya. Rok-ku tersingkap sampai perut. CD-ku terlihat dengan bebasnya. Benar saja. Melihat gayaku seperti itu, tangannya langsung dimasukkan ke dalam CD-ku.

“Ooooooooogh… iya itu, sayang… mainin yang itu…” aku benar-benar sudah lupa diri. Saat itilku dimainkan, teriakanku semakin menjadi-jadi. Kugoyang-goyangkan pantatku mencari kenikmatan lebih. Kuimbangi gerakan jarinya di memekku dengan goyangan pinggulku.

Sampai akhirnya desakan di memekku semakin kuat. Otot-otot memekku mengejang, dan… “Oooooooooghhh… sayaaang… enaaaaaaak!!” Memekku berkedut-kedut beberapa kali. Rasanya sungguh luar biasa. Bagaikan dilempar ke angkasa, kemudian dihempaskan kembali ke bumi dengan nikmat.

Aku lemas, tersandar, ngangkang…

Kubiarkan kakiku ngangkang dengan lebarnya beberapa saat. Sambil kuresapi kenikmatan barusan. Saat kubuka mataku, tampak senyum lebar pacarku. Langsung kukecup mesra bibirnya. Lalu dia bangkit dan merebahkan sandaran kursinya. Dia pun terlentang di kursinya, dan tampaklah kontolnya mengacung dengan gagahnya, Rupanya saat aku terpejam tadi dia sudah membuka celana berikut CD-nya.

Aku tertegun menatap kontolnya yang sudah ngaceng itu. Wuiiiih… Gede banget. Tegak berdiri, Urat-uratnya tampak bertonjolan di sekitar kontolnya. Kepala kontolnya begitu besar seperti helm tentara. Nafsuku langsung bangkit lagi.

Perlahan kugenggam ****** besar itu. Waaaw, tanganku yang mungil ini hampir tidak cukup menggenggamnya. Kontolnya kuremas-remas, kuusap-usap, seperti yang biasa dulu kulakukan dengan pacarku saat di SMA.

“Diisep donk, say…” kata pacarku tiba-tiba.

Aku terkejut. ”Kok diisep? kenapa ?”

“Ya biar enak”. jawabnya.

Karena penasaran, kucoba mencium kepala kontolnya perlahan. Lalu kujilat batang kontolnya dari bawah ke atas. Tapi dia rupanya belum puas kalau belum kukulum. Dia minta aku memasukkan kontolnya ke mulutku. Meski agak jijik, tapi karena memang pengen tau, kumasukkan ****** gede itu ke mulutku yang lebar. Kuisap, kepalaku naik turun dengan sendirinya. Ternyata enak juga.

Gesekan ****** besar itu di mulutku menimbulkan sensasi nikmat sendiri. Aku semakin semangat mengelomoh kontolnya yang luar biasa itu. Sesekali kujilati kepala kontolnya. Lalu lubang kencingnya kubuka-buka dengan lidahku. Dia sampai merem melek akibat perbuatanku itu. Kubasahi seluruh batang kontolnya dengan ludahku, kemudian kukocok dengan kuat pake tangan. Saat kontolnya agak kering, kumasukkan lagi ke mulutku. Lalu kukocok lagi.

“Iyaaaah… terus, sayang… isep yang kenceng…. Ooohhh…” pacarku benar-benar keenakan. Melihat kondisi pacarku seperti itu, aku semakin bersemangat memberikan kenikmatan padanya.

“Oooogghhh… kamu pinter, sayang… kocok terus, sayaaaang…” rintihnya.



Sampai kurasakan kontolnya semakin membesar, lalu tiba-tiba… “Craaaaattttss…!!!” air maninya menyembur saat kukocok dengan kencang. Aku tak sempat mengelak hingga mukaku terkena muncratan air maninya. Begitu juga leher dan dadaku.

Terus kukocok kontolnya sampai tidak ada lagi air mani yang keluar. Lalu kujilati kontolnya sampai bersih. Tampak pacarku begitu puas. Dan aku juga sangat puas. Pertama kali ngisep ****** dan pertama kali melihat sperma laki-laki.

Sejak itu, aku semakin doyan ngisep ******. Setiap ada kesempatan aku selalu minta untuk ngisep kontolnya sampai dia muncrat keenakan…

***

# ****** Sore-Sore

Aku masih bengong sendirian di kamar. jam baru menunjukkan pukul 4 sore, Sudah seminggu lewat sejak terakhir aku ngisep ******. Dan malam ini pacarku mengajakku jalan malam lagi. Ugh… masih lama. Padahal aku udah kangen banget sama kontolnya. Kangen pengen kuisep-isep lagi.

Sedang aku termenung sendiri, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar kostku. Dengan agak malas aku membuka pintu.

Saat pintu terbuka, ternyata pacarku yang datang lebih awal. Aku terkejut sekaligus senang dengan kedatangannya. “Kok udah dateng am segini? Aku belom mandi lho…”

Pacarku tersenyum sambil melangkah masuk ke dalam kamarku. Katanya dia udah kangen. Gak tahan nunggu sampai malam.

Aku senang mendengarnya. Supaya bisa cepat berangkat, aku pamit mau mandi dulu. Tapi pacarku mencegah. Dia bilang mandinya nanti aja. Sekarang ngobrol-ngobrol dulu katanya. Lalu dia menutup pintu kamar. Ups! Cepat-cepat aku cegah. Soalnya di tempat kostku ini kalau ada tamu cowok boleh aja di bawa ke kamar. Tapi gak boleh tutup pintu.

Pacarku sepertinya kecewa. Untung aku cepat dapat ide. Segera aku minta pacarku menggeser tempat tidurku ke balik pintu kamar. Sehingga pintu hanya bisa di buka sepermpat. Dan ruang dibalik pintu menjadi agak lega dan aman. Kalaupun ada yang masuk, pasti kita yang di dalam udah tau duluan.

Mendengar itu pacarku langsung semangat. Dengan badannya yang kekar itu sebentar saja tempat tidurku sudah berpindah posisi. Dan benar. Posisi di balik pintu benar-benar aman.

Dengan agak tergesa tubuhku di dorong hingga jatuh telentang di atas tempat tidurku di bagian yang terlindung. Dan dengan tergesa juga tiba-tiba dia sudah menindih tubuhku. Bibirku langsung dilumatnya dengan penuh gairah. Lidah kami langsung saling melilit. Bahkan lidahnya sampai menggaruk-garuk langit-langit mulutku.

Dengan cepat gairahku naik. Memekku langsung terasa lembab dan berdenyut minta di jilat.

Ciuman pacarku mulai bergerak dari bibirku bergeser ke kupingku. Daerah paling sensitive yang bisa bikin aku menggelinjang hebat. Kalau bukan karena pintu yang masih terbuka, pasti aku sudah mengerang-ngerang keenakan. Terpaksa aku tahan suaraku agar tidak terdengar dari luar. Benar-benar tersiksa rasanya. Tersiksa dalam penjara kenikmatan birahi yang luar biasa.

Lalu lidahnya meluncur turun ke leherku. Digigit-gigit kecil leherku, bikin aku tambah kelojotoan. Aku tidak perduli walau leherku penuh dengan bekas gigitan. Toh kalau keluar aku selalu pakai jilbab. Gak bakal keliatan.

Sambil terus menjilat leherku, tangannya mulai menggerayangi dadaku. Diremas-remas begitu benar-benar bikin aku tidak tahan. “Hhhhhhh… sayaaang…” erangku pelan takut terdengar dari luar. Kurasakan jemari tangan pacarku mulai bekerja membuka kancing-kancing kemejaku. Ups! segera kucegah. Aku takut kalau aku sampai telanjang lantas tiba-tiba ada yang masuk, bisa berabe.



Akhirnya pacarku hanya meremas-remas dadaku dari luar bajuku saja. Tidak berhenti disitu, tangannya dengan cepat mengangkat rokku sampai ke perut. Maka memekku yang masih tertutup CD langsung terhidang dihadapannya. Tidak menunggu lama-lama, jemarinya langsung menyelinap kebalik CD-ku dan menari-nari di lubang penuh nikmat itu.

Aku benar-benar tidak sanggup lagi bertahan. Tubuhku menggelinjang dan bergetar dengan hebat. Setiap gesekan jemarinya membuat aku melayang-layang tidak karuan. Tiba-tiba tangannya berusaha menarik lepas CD-ku.

“Jangan!” meski sudah dipenuhi birahi, aku masih sempat kuatir jika nanti ada yang masuk secara tiba-tiba.

Untunglah pacarku tidak protes. “Ya udah, kalo kamu gak mau buka celana, aku aja deh.” katanya sambil langsung membuka celananya sampai sebatas lutut.

Woooow… aku terbelalak melihat kontolnya yang gede panjang sudah berdiri tegak siap tempur. Belum sempat aku meraih batang ****** besar itu, pacarku sudah menindih tubuhku lagi. Kontolnya yang sudah keras itu di gesek-gesekkannya ke memek aku yang masih tertutup CD.

Ampuuuunnn…. rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Enaknya luar biasa.

Terus saja dia gesek-gesek kontolnya ke memekku. Terkadang malah kepala kontolnya di tusuk-tusukkan ke lobang memekku. Membuat tubuhku semakin bergetar.

Akhirnya aku tak mampu lagi bertahan. Bagaikan bendungan yang jebol, seluruh hasratku memancar dengan derasnya. Memekku berkedut-kedut dengan gencarnya. CD-ku basah, benar-benar banjir. Tubuhku lemas lunglai, kunikmati terjangan gelombang orgasme ini dengan kaki mengangkang lebar. Nikmaaaaat…

Setelah dilihatnya napasku mulai teratur, tanganku ditariknya sampai aku terduduk di kasur. Lalu disodorkannya kontolnya yang besar itu ke mulutku. Aku mengerti keinginannya. Langsung saja kuraih batang enak itu, kuelus-elus sejenak sebelum kumasukkan ke dalam mulutku.

Aku selalu suka jika batang ****** besar memenuhi rongga mulutku. Dengan semangat batang ****** itu aku isap, kujilat, mulutku maju mundur dengan teratur.

Setelah kontolnya basah dan licin, segera kukocok ****** itu dengan tanganku. Kuisap lagi, kocok lagi begitu seterusnya, sampai tiba-tiba tubuh pacarku menegang dan… Craaaaat…!! air maninya memancar seperti pemadam kebakaran. Banyak sekali. Langsung saja kutelan semua air mani itu sambil kubersihkan kontolnya dengan lidahku.

Akhirnya malam itu kami tidak jadi keluar. Kami lebih suka menghabiskan malam dengan ngobrol di kamarku sambil sedikit raba-raba. Malah aku masih sempat ngisep kontolnya sampai ngecret di mulutku sekali lagi.

***

# Sehari Dua ******

Hubunganku dengan Doni sudah berjalan hampir setahun. Selama kami berpacaran, entah sudah berapa kali kontolnya yang besar itu menyemburkan air maninya di dalam mulutku.

Untunglah aku masih bisa bertahan untuk tidak menyerahkan keperawananku pada Doni. Betapapun menggairahkannya ****** Doni, namun aku tetap pada prinsip bahwa perawanku hanya untuk suamiku kelak.

Belakangan frekuensi pertemuan kami semakin berkurang. Terkadang sampai sebulan kami tidak bertemu sama sekali.

Di tengah jarangnya pertemuanku dengan Doni, aku berkenalan dengan Sam, mahasiswa di kampusku juga. Pemuda asal Padang ini lumayan ganteng. Badannya juga gak kalah dengan Doni. Malah mungkin bisa dibilang lebih bagus, lebih berisi.



Hubungan kami dimulai dengan ngobrol di kantin, makan bareng. Hanya di kampus. Aku belum berani menerima ajakan Sam untuk jalan, karena kuatir ketauan Doni. Bagaimanapun sampai saat ini statusku masih pacar Doni.

Saat makan siang hari ini, Sam mengajak aku menemaninya besok siang ke tempat perkumpulan Mahasiswa Sumbar. Semula aku menolak, tapi melihat wajah Sam yang kecewa, akhirnya aku bersedia.

Begitu juga saat Sam memaksa untuk mengantarkanku ke tempat Kost, aku tidak menolak. Kupikir toh Doni tidak akan tahu. Dia kan sedang ke Bandung dengan teman-temannya.

Sesampai di tempat kost, aku sengaja tidak mengajak Sam ke kamarku karena ini adalah kunjungan pertamanya. Dia hanya kuajak ngobrol di ruang tengah yang biasanya dipakai untuk menerima tamu.

Saat ngobrol, Sam mulai berani menyentuh tanganku. Jemariku diremas-remas, terkadang dikecup lembut. Gairahku mulai terpancing, tapi aku masih menunggu Sam yang memulai. Untungnya saat ini tempat kost ku sedang sepi.

Sampai akhirnya Sam mencium bibirku. Ciumannya panjang dan lama sekali. Seolah tak mau berhenti. Tapi kurasakan bahwa Sam belum banyak pengalaman dengan perempuan. Ciumannya terasa biasa-biasa saja. Saat aku baru akan mulai melayani ciumannya dengan penuh gairah, Sam malah menghentikan ciumannya. Dia pamit pulang. Aaah… nanggung banget rasanya…

Saat pulang Sam sempat mengingatkan soal rencana besok ke tempat perkumpulan Mahasiswa Sumbar. Aku katakan untuk bertemu di kampus saja. Aku janji jam 10 pagi sudah bisa meninggalkan kampus.

***

Pagi-pagi sekali aku sudah siap untuk berangkat kuliah. Aku teringat dengan janjiku dengan Sam jam 10 nanti. Artinya hari ini aku hanya akan mengikuti satu mata kuliah saja.

Namun betapa terkejutnya aku saat membuka pintu kamar, Doni sudah berdiri di depan pintu dengan senyumnya yang khas. Tanpa kupersilahkan masuk, Doni sudah melangkah ke dalam kamarku.

“Eh… ngapain masuk? Yuk berangkat. Aku mau kuliah.” kataku. Tapi Doni hanya senyum-senyum sambil merebahkan tubuhnya di kasur.



“Lho… kamu gak mau kuliah, Don?” tanyaku. Lagi-lagi Doni hanya tersenyum sambil menarik tanganku sampai aku terjatuh menimpa tubuhnya.

“Aku kangen,” kata Doni singkat dan langsung mencium bibirku. Aku tidak bisa apa-apa selain meladeni ciuman Doni yang memang jago ciuman itu. Perlahan gairahku bangkit. Lumatan lidahnya di dalam rongga mulutku membuat aku melenguh nikmat.

Tapi saat Doni akan membuka jilbabku, cepat-cepat aku menolak. Aku teringat akan janjiku dengan Sam. Gawat… bisa telat nih. Jadi kupikir, supaya cepat selesai, lebih baik biar aku saja yang memuaskan Doni. Segera lidahku bermain di sekujur wajah Doni. Lalu ciumanku turun ke lehernya. Mulai dari leher bagian bawah, ke jakun sampai dagu kujilati naik turun. Doni tampak mulai keenakan. Kepalanya sampai mendongak ke atas.

Lalu kubuka kancing baju kemejanya, dan langsung kujilati dadanya yang bidang bikin ngiler itu. Puting susunya kujilati, kusedot-sedot dan kusentil-sentil dengan lidahku. Doni mulai mendesah nikmat. Jilatanku turun lagi sampai ke perutnya yang rata dan kencang. Lubang pusernya kujilati hingga terlihat perut Doni bergerak karena menahan napas.

Puas menjilati perutnya, kubuka resleting celana Doni. Lalu kuturunkan celananya berikut CD nya sekaligus. Wooow! kontolnya sudah ngaceng dan keras sekali. Aku sangat suka dengan ****** Doni. Apalagi sudah sebulan aku tidak bertemu dengan Kontolnya ini. Langsung saja kontolnya yang besar itu kukulum dan kuisap-isap dengan kuat. Aku berharap Doni cepat keluar supaya aku tidak terlambat menepati janjiku dengan Sam.

Namun sepertinya kali ini Doni benar-benar hebat. Sudah hampir 1 jam aku mengulum kontolnya yang besarnya minta ampun ini. Tapi belum juga ada tanda-tanda dia mau keluar. Sementara waktu sudah semakin siang. Bisa-bisa aku terlambat. Sam pasti sudah menungguku.

Kujilati ****** besar panjang itu mulai dari bijinya yang kencang, terus kujilat ke atas sampai kepala kontolnya. Turun lagi sampai ke bijinya. Lalu kubolak balik ****** besar itu. Kujilat bagian atasnya, lalu kujilat bagian bawahnya yang banyak urat-uratnya. Lalu kumasukkan kontolnya ke dalam mulutku sambil lidahku bermain-main di kepala kontolnya.

Tidak itu saja, aku mengocok ****** Doni dengan mulutku sambil menghisapnya. Saat mulutku maju dan kontolnya masuk ke dalam mulutku, lidahku bermain-main di batang kontolnya. Saat mulutku mundur kuhisap ****** Doni dengan kuat sambil kukeluarkan sampai batas kepala kontolnya.

Gayaku ini tampak membuahkan hasil. Doni mengerang-ngerang keenakan. Lalu kukocok kontolnya dengan tanganku. Kuhisap lagi, kukocok lagi. Kubasahi ****** Doni dengan ludahku supaya licin. Kemudian kukocok dengan cepat. Sampai akhirnya terasa ****** itu semakin membesar dan semakin keras. Lalu bisa kurasakan ada kedutan-kedutan di urat-uratnya yang sudah sangat kuhapal. Doni mau keluar. Cepat kumasukkan ****** itu ke dalam mulutku dan kuhisap kuat-kuat.

Crooooot… croott… air maninya menyembur ke dalam mulutku. Kutelan semuanya sambil terus kuisap kontolnya sampai tidak ada lagi tetesan air mani yang keluar.

Akhirnya… aku lega.

Cepat aku membersihkan diri, merapikan pakaian dan menyemprotkan parfum di bajuku. Aku takut nanti Sam mencium bau sperma di mulutku. Bisa gawat.

Setelah semuanya rapi, Doni mengantarkanku ke kampus. Doni tidak kuliah. Mau istirahat di rumah, katanya. Aku lega sekali. Berarti dia tidak akan tahu aku pergi dengan Sam hari ini.

***

Meski agak terlambat, aku dan Sam tetap pergi ke tempat perkumpulan Mahasiswa Sumbar sesuai rencana. Ternyata tempatnya berupa mess atau guest house yang dihuni oleh para mahasiswa asal Sumbar.

Hari ini mess tersebut terlihat sepi. Menurut Sam kalau jam segini memang biasa sepi. Baru ramai nanti sore menjelang malam. Sam membawaku ke sebuah kamar dan menguncinya dari dalam. Aku langsung duduk di tepi tempat tidur. Tidak menunggu lama, Sam langsung menciumku dengan penuh semangat. Tapi seperti kemarin, Sam hanya menciumku lamaaaa tapi tidak melakukan hal-hal yang lain. Jika kemarin aku masih ja’im, tidak hari ini. Langsung kudorong tubuh Sam hingga terlentang di kasur. Kakinya masih menjuntai ke lantai.



Kucium bibir Sam dengan ganas, lidahnya kubelit dengan lidahku. Sam tampak gelagapan tidak menduga aku yang pakai jilbab bisa seganas ini. Lalu bibirku mulai turun menjilati lehernya, kupingnya, kembali lagi ke lehernya. Lalu kubuka kancing baju kemejanya, dan langsung kujilati dadanya. Puting susunya kujilati, kusedot-sedot dan kusentil-sentil dengan lidahku. Sam semakin kelojotan.

Jilatanku turun lagi sampai ke perutnya yang rata dan kencang. Lubang pusernya kujilati hingga terlihat perut Sam bergerak-gerak dengan cepat. Lidahku terus menari-nari di sekitar pusarnya sambil kuusap-usap perut bawahnya. Lalu lidahku turun lagi sampai ke perut bawahnya. Kemudian kubuka kubuka resleting celananya. Sam sempat mencegah dengan memegang tanganku erat. Tapi sambil tersenyum dan menatap matanya, kusingkirkan tangan Sam yang mencegah perbuatanku.

Celananya kuperosotkan ke bawah. Terlihat gundukan besar di dalam CD nya. Kuciumi gundukan besar itu. Lalu kuturunkan CD nya menyusul celananya yang sudah merosot duluan.

Oooowwgh… besarnyaaa…!!! ternyata ****** Sam lebih besar dari ****** Doni. Tidak sabar, langsung aku merosot berjongkok di lantai dan kujilati batang ****** yang luar biasa indahnya itu. biji pelernya kuremas-remas lembut sambil terus kujilati batang kontolnya.

Lalu mulai kumasukkan batang ****** itu ke dalam mulutku. Kuisap-isap, kuemut-emut dan kujilati dengan penuh nafsu.

Namun, mungkin karena ini pengalaman pertama buat Sam, baru sebentar aku mengisap kontolnya sudah terasa kedutan-kedutan tanda Sam mau muncrat. Cepat kukeluarkan ****** itu dari mulutku dan kukocok-kocok. Aku belum mau Sam keluar di mulutku karena ini baru pertama.

Cepat kukocok-kocok ****** Sam sambil aku agak menghindar ke samping. Dan benar saja, tak lama kemudian Sam berteriak tertahan, dan… Crooooootttt…! air maninya mucrat dengan derasnya. Muncratannya sampai mengenai dinding kamar saking kencangnya. Benar-benar ****** perjaka.

Tanganku terus saja bermain-main dengan ****** Sam sampai ****** itu mengecil kembali. Tapi aku tidak berhenti, terus saja ****** itu aku permainkan. Aku begitu terpesona dengan ****** Sam sampai rasanya sayang kalau buru-buru dilepaskan.

Aaaghhh… segarnya. Seharian ini aku sudah dapat 2 ******.

Saat di jalan pulang, dengan mengendarai motor, tanganku tetap masuk ke dalam celana Sam. Sepanjang jalan aku terus bermain-main dengan kontolnya.

***

# Segarnya Kontolmu Sayang

Sejak kejadian dengan Sam di Mess Mahasiswa Sumbar, hubunganku dengan Sam semakin dekat. Sementara hubunganku dengan Doni semakin merenggang. Terus terang, dibanding dengan Doni, Sam kalah jauh untuk urusan percumbuan. Karena bagaimanapun Doni jauh lebih jago untuk urusan bercumbu. Jilatan-jilatannya pada dadaku, serta permainan jarinya di memekku membuatku benar-benar ketagihan. Belum lagi kontolnya yang besar panjang itu terasa sekali memenuhi rongga mulutku. Aku selalu bernafsu ingin mengisap kontolnya.

Sementara Sam sangat lugu dan kurang pengalaman. Namun kelembutan Sam mampu membuat aku merasa nyaman berada di dekatnya. Siang ini sepulang kuliah seperti biasa aku membonceng motor Sam menuju Kost-ku. Seperti biasa juga sepanjang jalan tanganku masuk ke dalam celananya sambil meremas-remas kontolnya. Aku suka dengan bentuk kontolnya yang gemuk dan kekar.

Tapi di perjalanan aku sempat bingung karena ternyata motor Sam tidak menuju ke tempat kostku. Sebenarnya aku mau protes, tapi akhirnya kubiarkan saja sambil terus menikmati bermain-main dengan ****** Sam yang sudah semakin menegang.

Ternyata aku dibawa ke rumahnya. Saat itu rumahnya dalam keadaan sepi. Langsung aku dibawa ke dalam kamarnya.

“Kamu mau minum apa, Lin?” tanya Sam basa-basi.

Aku tau itu sekedar basa-basi makanya aku menjawab dengan menggoda “Minum ****** kamu aja deh…”

Mendengar jawabanku, Sam langsung mengunci pintu kamarnya, kemudian menubruk tubuhku sampai aku terlentang di tempat tidurnya. Sam mencium bibirku lama sekali. Bibirku di sedot-sedot, berganti-ganti bibir atas dan bibir bawah. Tapi lidahnya sama sekali tidak bermain. Maka aku segera mengambil inisiatif. Kujulurkan lidahku kedalam mulutnya. Kucari lidahnya, kemudian kubelit-belit dengan lidahku. Perlahan namun pasti Sam mulai bisa mengimbangi ciumanku. Lidahnya mulai bisa menari-nari didalam rongga mulutku. Sampai langit-langit mulutkupun di jilatinya. Rasanya cukup membuat aku terangsang.

kemudian tangannya mulai meremas-remas dada kiriku. Aku langsung menggelinjang nikmat. Sam terus bermain dengan dadaku dari luar kemejaku. Tidak sabar, aku buka sendiri kancing bajuku hingga terbuka lebar, Jilbabku kutarik lebih keatas agar dadaku tidak terhalang meski jilbabnya tidak dibuka.

Melihat keadaanku yang sudah terhidang, ciuman Sam langsung pindah ke dadaku. Gumpalan dadaku diciumi dengan penuh nafsu. Terkadang digigit-gigit kecil sampai meninggalkan tanda merah.

Sekali lagi aku merasa tidak sabar. Sam hanya menciumi bukit dadaku sambil meremas tanpa berusaha membuka BH-ku. Langsung saja kukeluarkan toketku dari BH dan kusodorkan puting susuku ke mulutnya seperti ibu yang menyusui bayi. Sam dengan lahap langsung menyedot puting susuku.

“Ooooh… Saaaam… sedot terus, sayaaang… sedot yang kenceeeng…” teriakku tak perduli apakah suaraku terdengar keluar atau tidak. Toh rumah ini sedang sepi.

“Teruuuuss… Saaaam…. sedot teruuuuussss… remes-remes yang kenceng…” pekikanku semakin tidak karuan.

Mendengar eranganku, Sam semakin bersemangat. Dia menciumi dadaku berganti-ganti yang kiri dan kanan. Saat mencium dada kiri, Tangannya meremas dada kananku. Sebaliknya saat mencium dada kanan, tangannya meremas dada kiriku.

Aku benar-benar dibawa ke dunia kenikmatan yang sangat indah. Sambil terus menikmati ciuman Sam pada dadaku, kuangkat rokku sampai ke perut. Hingga tampaklah memekku yang masih tertutup CD. Sudah terasa denyutan di bawah sana minta dicolok.

Kemudian kubuka resleting celana Sam. Rupanya dia mengerti. Dia segera bangkit dan membuka seluruh pakaiannya hingga bugil. Terlihatlah kontolnya yang sudah tegang. Begitu besar dengan urat-urat disekitar batang kontolnya. Setelah itu dia langsung menindih tubuhku lagi. Kontolnya yang tegang di gesek-gesekkan ke memekku yang masih tertutup CD. Rasanya sungguh luar biasa.

Sambil tetap menggesek-gesekkan kontolnya, Sam kembali menciumi dadaku. Dengan tubuh agak membungkuk dia terus menyedot puting susuku sambil kontolnya terus maju mundur menggesek-gesek memekku.

Kutarik tangan Sam dan kubawa ke memekku. Tangannya langsung masuk ke balik CD-ku dan bermain-main disana. Ketika itilku tersentuh, aku spontan terpekik nikmat. “Oooooowwwgh… Saaaaam…. enaaaaak… enak bangeeet, sayaaaang…” Kugoyang-goyangkan pinggulku mengejar kenikmatan yang mendera seiring dengan permainan jari-jari Sam di itilku.

Jari-jari Sam terus meluncur naik turun di memekku. Tekadang dijepitnya memekku dengan jempol dan telunjuknya. Membuat aku semakin berteriak-teriak histeris. “Addduuuh… Saaaam…. enak bangeeet… terus, sayaaaang…”

Sementara bibir dan lidah Sam masih terus saja mengerjai dadaku, membuat aku benar-benar seperti cacing kepanasan. Menggeliat-geliat nikmat. Kutekan kepala Sam lebih keras lagi ke dadaku. Kujenggut-jenggut rambutnya menahan kegelian dan kenikmatan yang tiada tara.

Sampai kemudian kedutan di memekku semakin terasa nyata, dan gelombang kenikmatan seperti mengalir dari sekujur tubuhku menuju memekku, dan… “Aaaaaaaakhhh… Saaaaam…. aku nyampeeee….ooooowhg…!!!”

Pancaran kenikmatan menyembur membasahi memekku. Dan tubuh serasa tersedot menuju lubang yang dalam. Gelap, indah, nikmaaaat…

Setelah mengatur nafas, segera kudorong tubuh Sam hingga ia terlentang di kasur. Lalu kutindih tubuh bugil Sam. Kontolnya kududuki sambil kugoyang-goyangkan pinggulku maju mundur menggesek kontolnya yang besar.

Sam tampak keenakan dengan perbuatannku. Kulanjutkan dengan menjilati lehernya, kemudian kupingnya. Sam semakin kelojotan. Napasnya menjadi tidak teratur.

Ciumanku turun ke dadanya. Puting susunya kujilati. Kugigit-gigit kecil, kemudian kusentil-sentil dengan lidahku. Kujilati terus dadanya kiri dan kanan. Sementara pantatku terus maju mundur menggesek-gesek memekku ke kontolnya yang sudah sangat tegang.

Kontolnya yang besar terasa sekali mengerus belahan memekku meski aku masih mengenakan CD. Walau hanya di gesek-gesek dari luar, rasanya memekku sudah belah menjadi lebar.

Kemudian lidahku turun lagi menyusuri tubuh telanjangnya menuju perutnya. Akupun semakinmerosot ke bawah. Meski sayang kutinggalkan kontolnya dari memekku. Kucium perutnya dan kujilati sekitar pusarnya dengan melingkar. Lalu lidahku terus turun dan menyentuh ujung ****** kerasnya.

Kujilati kepala ****** besar itu. Kujilati lubang kecilnya sambil kubuka-buka lubangnya dengan lidahku. Lalu kujilati batang kontolnya mulai dari bijinya, naik keatas sampai kepala kontolnya. Kujilati lagi terus berulang ulang.

Lalu perlahan kumasukkan batang ****** yang besar itu kedalam mulutku. Kudiamkan sejenak dalam mulutku sambil lidahku bemain-main mengusap batang kontolnya. Baru kemudian perlahan kutarik mulutku keatas sampai ujung, kemudian kuturunkan lagi. Lalu kunaikkan lagi sambil kuisap kuat-kuat. Kuturunkan lagi. Begitu terus, kepalaku naik turun secara otomatis. Penuhnya rongga mulutku dengan batang kontolnya membuat aku semakin bernafsu. Memekku sampai basah lagi.

Jika sebelumnya aku membiarkan Sam muncrat ke tembok, kali ini aku ingin memberi hadiah pada Sam untuk muncrat di dalam mulutku. Cepat kukocok-kocok ****** Sam dengan tanganku. Jika kering kukulum lagi kontolnya sampai licin, kemudian kukocok lagi dengan tanganku.

Saat kurasakan denyutan ****** Sam semakin terasa, buru-buru ****** Sam kumasukkan ke dalam mulutku lagi dan kuisap kuat-kuat. Sampai akhirnya … Crooooottzz…!!! Air mani Sam muncrat kedalam mulutku dengan deras dan banyak sekali. Saking banyaknya sampai-sampai air mani itu tidak bisa kutelan semua dan ada yang meleleh membasahi dagu dan Jilbabku.

Buru-buru aku lari ke kamar mandi membersihkan jilbabku. Kuatir nanti aromanya tercium saat aku pulang nanti.

***

# Ih, Kecil Banget..

Memasuki Semester akhir, hubungan cintaku malah berantakan. Sudah 3 bulan aku menjomblo. Artinya sudah 3 bulan aku tidak ketemu ******.

Seringkali aku membayangkan saat-saat bercumbu dengan pacar-pacarku dulu. Saat dengan bernafsu kancing bajuku dilucuti, saat BH ku dibuka dan selanjutnya dadaku diremas-remas dengan kuat. terbayang bagaimana lidah mereka menjilati puting susuku. menyentil-nyentil nakal, lalu toketku di hisap dengan gemas. Aaaaah…. nikmatnya.

Kalau sudah begitu biasanya aku langsung buka baju dan BH ku kemudian rebahan di tempat tidur. Kuremas-remas sendiri dadaku sambil membayangkan ada tangan lelaki yang meremasnya.

Lalu terbayang saat ada lidah yang menyusuri tubuhku. Mulai dari dada turun ke perut, berputar-putar di pusarku, lalu turun lagi menjilati bawah pusarku. teruuuuuss… turun sampai menyentuh bagian atas memekku.

Oooowgh… tidak tahan langsung kugosok-gosok sendiri itilku. Daging kecil itupun membesar dan habis kupermainkan dengan jariku. Kugosok, kujepit, kemudian jariku kugosok naik turun sepanjang belahan memekku. Banjir sudah memekku. Terasa semakin licin saja.

Pantatkuku goyang-goyang mengejar kenikmatan yang mulai mendera. Oooooh… aku pengen kontooolll…

Jemariku semakin cepat menggosok-gosok memekku. Pantatku berputar-putar hebat. Sampai akhirnya tubuhku mengejang hebat. Memekku berdenyut-denyut.

Ah, gila. begitu kangennya aku sama ****** sampai-sampai aku bisa orgasme hanya dengan masturbasi begini. Terlalu…

***

Pulang kuliah… aku masih tidak semangat. Masih terbayang kejadian tadi pagi saat aku masturbasi sebelum berangkat kuliah. Memekku gatal lagi.

Sedang aku berjalan sambil melamun jorok, tiba-tiba ada suara orang memanggilku. “Lin, tunggu…”

Aku menoleh mencari arah suara itu. Terlihat seorang cowok ganteng berlari menghampiriku. Oh, si Sony. Teman sekelasku. “Ada apa, Son” tanyaku saat Sony sudah berada dihadapanku sambil aku melanjutkan langkahku.

“Mau pulang bareng gak? Gue anter deh. Kan gue emang selalu lewatin tempat kost kamu.” kata Sony sambil berjalan di sampingku.

Aku katakan pada Sony bahwa siang ini aku mau ke rumah kakakku di Rawamangun. Gak langsung pulang ke kost.

“Ya gak pa pa. Gue anterin aja sekalian ke Rawamangun. Gimana, mau kan?” sahut Sony semangat.

Kupikir, apa salahnya. Lumayan irit ongkos. Dan tentunya lebih enak naik mobil dari pada naik bajaj. Lantas kami segera menuju mobil Sony di tempat parkir.

Di perjalanan berkali-kali tangan Sony seperti tidak sengaja menyentuh pahaku saat memindahkan gigi mobilnya. Semula aku ingin bergeser menghindar. Tapi sentuhan-sentuhan kecil yang seolah tidak sengaja itu justru membawa sensasi tersendiri. Maka bukannya aku bergeser menjauh, justru aku menggeser mendekat. Sempat aku melirik senyum Sony yang merasa berhasil menggodaku. Wah gawat. bisa dikira cewek gampangan nih.

Sesampai di depan rumah aku langsung turun dari mobil sambil mengucapkan terima kasih. Tapi Sony bukannya langsung pergi malah mematikan mesin mobilnya dan ikut turun mengikutiku ke depan pintu rumah.

“Lin, aku boleh mampir ya. ngobrol-ngobrol aja sebentar. Males pulang sekarang.” kata Sony sambil menatap mataku lembut. Aku tidak bisa menolak. Maka kuajak Sony masuk ke rumah.

Seperti biasa, kalau jam segini pasti rumah kakakku kosong. Maka tanpa perlu mengetuk pintu aku langsung membuka pintu dengan kunci cadangan yang selalu kubawa di dalam tasku.

“Wah, kamu bawa kunci sendiri. Rumahnya kosong ya, Lin?” tanya Sony.

“Iya. kalo jam segini masih pada kerja. nanti pulangnya menjelang maghrib.”

“Wah, asik donk..”

“Asik apaan! jangan macem-macem deh.” ancamku pada Sony sambil cemberut. Sony hanya tersenyum sambil ikut masuk ke dalam rumah. Tanpa dipersilahkan Sony langsung menghempaskan pantatnya di sofa.

Aku menawarkan Sony untuk minum, tapi Sony menolak. Katanya mending ngobrol-ngobrol dulu aja. Nanti kalo udah haus baru minum.

Ternyata enak juga ngobrol dengan Sony. Orangnya humoris, sering membuat aku tertawa. Lama kelamaan obrolan kami mulai nyerempet-nyerempet ke hal-hal yang berbau porno . Entah bagaimana mulanya, tau-tau kami sudah berciuman.

Awalnya hanya kecupan-kecupan ringan, sampai akhirnya ketika lidah kami mulai saling melilit ciuman tu berubah menjadi ciuman penuh nafsu yang ganas.

Tangan Sony mulai meremas dadaku dari luar bajuku. Aku langsung tersentak nikmat. Oooh… sudah 3 bulan dadaku tidak disentuh lelaki. Aku begitu menginginkannya. Ingin lebih.

Tangan Sony bergerak ingin membuka jilbabku. Segera kutahan. “Son… kita di kamar aja yuk.”

Sony tersenyum girang mendengar ajakanku. Kamipun bergegas menuju kamar tamu. Sesampai di kamar, Sony menutup pintu dan langsung mendorong tubuhku ke pintu.

Aku dipepet ke pintu dan bibirnya kembali menyergap bibirku. Ciumannya kali ini benar-benar ganas. Jilbabku dibuka, dan langsung leherku diserang dengan jilatan-jilatan yang membuat aku mengerang.

Lalu tangannya mulai mempereteli kancing bajuku satu persatu. Bajuku dilempar begitu saja ke lantai. Sony sempat tertegun memandang dada besarku yang seperti mau melompat keluar dari BH.

Tidak menunggu lama, bibirnya langsung nyosor menciumi dadaku. Sementara tangannya bergerak ke belakang mencari kaitan BH-ku. Aku membantu melepas BH dan membuangnya ke lantai.

Sony semakin bernafsu melihat dadaku yang sudah terhidang bebas di depan wajahnya. Lidahnya pun langsung menari-nari di pentil susuku. Ugh… nikmatnya. Rasa yang sudah lama tidak kudapatkan. Kutekan kepala Sony ke dadaku lebih erat lagi. Sony semakin kuat menyedot pentil susuku. Lalu lidahnya kembali menjalar ke leherku. Lalu bibirku dicium lagi. Kami ciuman panjang dan lama. Lidah kami saling melilit.

Tak sabar kubuka kancing baju Sony, lalu kulepas baju itu dan kubuang ke lantai. Kupeluk Tubuh Sony erat hingga dadaku menempel ketat dengan dadanya. Tangan Sony mengelus punggungku, lalu turun ke bawah ke arah pinggangku. Terus ke bawah lagi. Bongkahan pantatku di remas-remasnya. Aku menggelinjang geli. Goyanganku membuat memekku bergesekan dengan gundukan daging di selangkangannya menambah nikmat percumbuan ini.

Dengan terampil Sony membuka kancing dan resleting rok panjangku. Dan rok itupun meluncur jatuh di kakiku. Kini aku berdiri hampir telanjang dengan hanya mengenakan CD ku saja.

Aku tidak mau kalah, kubuka ikat pinggang celana Sony. Lalu kubuka kancing dan resletingnya. Sony membantu memerosotkan celana panjangnya. Setelah celananya merosot, kembali Sony merangkul tubuhku dengan erat. Ciumannya semakin ganas.

Sangat terasa ada yang mengganjal dan menekan-nekan memekku. Ugh, sepertinya ****** Sony sudah mulai ngaceng walau belum sepenuhnya. Tapi sudah mulai terasa nikmat gesekannya.

Ciuman Sony meluncur turun ke leher, lalu turun lagi ke dadaku. Bergantian puting dada kanan dan dada kiriku di isapnya. “Ooooogh… Sonnn… isep terusssss… iyaaaahhhh…” erangku tak kuasa menahan nikmat. Rasa kangen akan sentuhan yang telah kutahan selama 3 bulan ini benar-benar minta di tuntaskan.

Tubuh Sony mulai merosot sambil terus menjilati tubuhku. Perutku di jilat-jilat. Lidahnya bermain-main di lubang pusarku. Akhirnya Sony berjongkok, dan wajahnya langsung menghadap memekku yang masih terbungkus CD. Dengan sekali tarikan meluncurlah CD ku sampai kaki. Aku membantu mengangkat kaki dan menendang CD ku sampai melayang entah kemana.



Lalu Sony mengangkat kaki kananku dan ditumpangkan dibahunya. Akibatnya memekku langsung merekah lebar menganga di hadapannya. Perlahan lidah Sony menyapu belahan memekku dari bawah ke atas. “Aaaawh! Sonnnn… enaaaaaak, sayaaaanghhh…”

Ini gaya baru. Belum pernah memekku dijilati sambil berdiri begini. Rasanya luar biasa nikmat. Kugoyang-goyangkan pantatku maju mundur mengejar lidahnya yang terus menari-nari di memekku. Terkadang lidahnya terasa menerobos masuk menjilati pinggiran dinding dalam memekku. Aku semakin bergelinjang tak karuan. Teriakanku semakin keras menerima rangsangan yang hebat seperti ini.

“Adddduhh, Son.. enak bangeeeet…. Gilaaa… lu pinter banget sih jilat memeknyaaa…”

Sedang nikmat-nikmatnya dijilat, tiba-tiba Sony menghentikan serangannya dan berdiri. Dia lalu meraih lenganku dan membimbingku ke tempat tidur. Aku langsung berbaring telentang. Kakiku kukangkangkan lebar-lebar menanti serangan Sony berikutnya.

Melihat posisiku yang menantang itu Sony sampai terbelalak. Cepat dia memelorotkan CD nya. Tampaklah kontolnya. Kelihatannya belum ngaceng benar. ukurannya belum maksimal.

Sonny langsung menerkam aku. Tubuhku ditindih, bibirku dicium dengan ganas. Kontolnya di gesek-gesek ke memek. Sempat kurasakan ujung kontolnya menyeruak belahan memekku.

“Son, jangan dimasukin. Gue masih perawan.” desahku di tengah kenikmatan yang menderu.

Sony agak kaget mendengarnya. Untung dia mau ngerti. “Iya. Gak gue masukin deh. Tapi nanti bantu keluarin ya…”

Aku menjawab dengan ciuman penuh nafsu pada bibirnya. Sony bangkit, kali ini langsung nyungsep ke memekku. Jilatan-jilatannya semakin menggila. Aku tidak tahan lagi.

“Soooonnn… gue keluaaarrrr…” aku kejang. Tubuhku tersentak-sentak bersama dengan kedutan-kedutan yang menyembur di memekku. Sony bukannya berhenti malah terus menjilati memekku dengan ganas. Aku bagai kapas yang ditiup dan melayang-layang. Nikmaaaat…

Sony lantas menindihku lagi dan mencium bibirku mesra. Lalu tubuhnya bergulir dan tiduran telentang di sampingku.

Aku mengerti yang diinginkannya. Segera aku bangkit duduk, dan kuraih kontolnya. Kuremas-remas lembut. Kontolnya belum juga membesar meski sudah sangat keras. Aku sempat bingung. Perasaan tadi sudah di puncak nafsu. Kok kontolnya masih kecil gini?

Segera kukulum ****** Sony, kujilat-jilat, kusedot-sedot. Tetap saja kecil. Ah, kayaknya kontolnya memang kecil nih. Cuma sebesar pisang lampung. Seluruh kontolnya bisa masuk ke mulutku dengan mudah. Nafsuku langsung hilang… yaaaaah… kecil bangeeeeettt…

Untuk tidak mengecewakan Sony, kukocok-kocok saja kontolnya dengan tanganku. Kalau kering aku hanya meludahinya saja. Aku malas memasukkan ****** kecil itu ke mulutku. Tidak ada sensasi apa-apa. Terlalu longgar.

Tak berapa lama, Sony ngecret. Langsung saja dia kutinggal ke kamar mandi sambil kubawa semua pakaianku.

Jilatnya pinter sih… tapi kecilnya itu…

***

# Oops!

Petualanganku dengan Sony sempat berlanjut selama beberapa kali. Tapi aku sudah malas untuk ngisep kontolnya lagi. Gairahku langsung hilang bila melihat kontolnya yang kecil itu. Jadi aku lebih suka minta dia menjilat memekku sampai aku selesai, baru kemudian kontolnya kukocok. Paling hanya kukulum sebentar untuk melicinkan kontolnya saja. Toh dengan begitupun dia sudah kelojotan. Begitu dia selesai, gairahku selalu hilang tanpa bekas. Maka biasanya kalau kami bercumbu di rumahku, dia akan langsung kusuruh pulang dengan berbagai alasan. Atau jika di tempat lain, aku akan buru-buru minta diantar pulang.



Tak lama berselang kuliahku selesai. Dan selesai juga hubunganku dengan Sony. Beruntung bagiku selesai kuliah tidak pelu repot-repot mencari kerja. Salah satu familyku mengajakku bekerja di perusahaannya yang baru dibangun.

Berhubung kantornya terletak di bilangan Kebayoran, maka kuputuskan untuk mencari tempat kost di dekat-dekat kantor.

Di kantor ada salah seorang staff yang usianya terpaut 4 tahun lebih muda dari aku. Penampilan Dodi yang energik dan humoris membuat aku betah berlama-lama ngobrol dengannya.

Sebenarnya aku sadar setiap kami ngobrol, mata Dodi seringkali menatap dadaku yang berukuran 34C ini. Dan menyadari hal itu membuat aku ingin menggodanya dengan sering-sering membusungkan dadaku. Terkadang aku sengaja mengangkat tanganku tinggi-tinggi seolah ingin menghilangkan pegal. Padahal maksudnya supaya dadaku semakin terekspos di depan matanya.

Benar saja, setiap kali aku melakukan gerakan-gerakan seperti itu matanya tak berkedip memandang dada besarku.

Sekali waktu Dodi mengajakku nonton ke bioskop sepulang kerja. Karena aku juga tidak ada acara, aku pun menyambut ajakannya. Kami segera menuju kawasan Blok M.

Saat film dimulai, Dodi mulai menggenggam tanganku. Kubalas dengan genggaman yang lembut sambil jemariku bermain mengelus jarinya. Karena dilihatnya aku tidak menolak, Dodi melepas genggaman tangannya dan beralih merangkul pundakku. Akupun segera merebahkan kepalaku di dadanya.

Terasa bahuku diusap-usap dan terkadang diremas dengan keras. Aku membalas dengan mengusap-usap dadanya, kemudian turun ke perutnya. Lama telapak tanganku berputar-putar di perutnya.

Lalu Dodi mengangkat daguku dengan tangannya. Saat kepalaku terdongak ke atas dia langsung mencium bibirku. Bukan ciuman lembut, tapi langsung ciuman penuh nafsu. Ah… dasar anak muda. Maunya langsung-langsung aja. Aku mengimbangi permainan bibir dan lidahnya. Perlahan nafsuku mulai bangkit.

Di tengah pergumulan lidah itu kurasakan tangan Dodi mulai meraba dadaku, Segera kutolak. Ini baru kencan pertama. Meskipun sebenarnya aku sangat menginginkannya, tapi kupikir aku harus jaga image dulu di kantor baruku ini. Aku takut Dodi yang masih muda ini akan membanggakan diri cerita ke teman-teman lainnya. Bisa berabe aku.



Kutepis tangan Dodi sambil aku melepaskan ciuman dan mencoba konsentrasi pada film yang diputar. Sebenarnya bukan konsentrasi, tapi aku harus menurunkan nafsuku sendiri yang sebenarnya sudah mulai bergejolak. Meski terlihat agak kecewa, tapi Dodi tetap merangkul dan mengusap-usap bahuku sampai film usai.

***

Sejak ciuman di bioskop, hubunganku dengan Dodi semakin dekat. Mungkin dia menganggap ciuman itu sudah merupakan tanda bahwa kami resmi pacaran. Padahal bagiku itu tidak lebih dari sekedar ciuman iseng saja.

Jelang 2 hari kemudian, kembali Dodi mengajakku nonton bioskop. Kali ini kami kebagian duduk di barisan agak tengah. Tapi untungnya masih kebagian yang paling pinggir. Jadi tetap bisa mojok walaupun ada resiko telihat oleh penonton yang duduk di barisan atas.

Dasar anak muda, begitu lampu padam aku langsung direngkuhnya. Bibirku dilumat dengan penuh nafsu. Dan tidak menunggu waktu lama tangannya langsung meremas dadaku. Kali ini kudiamkan saja karena aku juga sudah sangat rindu dengan remasan-remasan pada dadaku.

Perlahan tanganku meluncur dari dadanya, turun ke perutnya dan akhirnya mendarat di selangkangannya. Terasa ****** ngacengnya dari balik celananya. Kuremas-remas dan kugosok-gosok ****** itu dari luar celana. Woooow… besaaaar… Jenis ****** yang kusuka. Kugosok-gosok .dan kuremas-remas terus kontolnya. Sesekali kuremas biji-bijinya meski hanya dari luar celananya.

Aku begitu bernafsu sampai tidak menyadari bahwa kancing bajuku telah terbuka semua. Bahkan BH ku telah terlepas ke atas. Aku begitu terkejut saat tiba-tiba bibir Dodi menyergap putting susuku. Owwwgh… What ! Aku sudah telanjang dada?!

Aku kaget bercampur takut ada yang melihat. Soalnya posisi duduk kami sangat tidak aman. Apalagi penonton di barisan belakang cukup ramai. Cepat aku mendorong kepala Dodi agar menghentikan aksinya.

Bukannya berhenti, Dodi malah menyedot puting susuku dengan kuat. Sementara sebelah tangannya meremas susuku yang sebelah lagi. Aku langsung menggelinjang hebat. Betapapun aku takut dilihat orang, tapi rasa nikmat yang mendera tubuhku lebih kuat dari rasa takutku. Akhirnya aku hanya sanggup mengerang pelan sambil kuremas kepala Dodi dan menekannya lebih kuat lagi ke dadaku.

Ciuman dan jilatan Dodi mulai turun ke bawah ke arah perutku. Terus turun sampai di bawah pusarku. Aku semakin kelojotan tidak karuan. Tiba-tiba Dodi membuka resleting celana panjangku dan menariknya turun besama dengan celana dalamku. Aku bukannya mencegah, malah kuangkat sedikit pantatku agar Dodi lebih mudah membuka celanaku. Aku sudah tidak perduli lagi dengan keadaan sekeliling yang mungkin saja ada yang melihat kelakuan kami berdua ini. Nafsu birahi sudah menutupi akal sehatku.

Celana panjang berikut celana dalamku meluncur sampai ke mata kakiku. Dodi mengangkat kaki kananku hingga celanaku terlepas sebelah. Kaki kananku diletakkan pada sandaran kursi hingga posisiku mengangkang dengan lebar. Kemudian Dodi berjongkok di lantai dan menghadap memekku secara langsung.

Dengan penuh nafsu Dodi langsung menjilati memekku dari bawah ke atas. Itilku dijilat dan dipermaikan dengan lidahnya. Terkadang itilku di sedot dengan kuat. Duniaku sudah gelap. Bahkan suara film yang sedang diputar pun sudah tidak terdengar lagi. Yang ada hanya rasa nikmaaaaaat… enaaaaaaaak…



Sampai akhirnya kurasakan denyutan yang sudah sangat kuhapal. Denyutan yang menyerbu memekku dengan deras. Tubuhku mengejang, aku mengerang panjang. ”Oooooooooghhhhh… enaaaaaaaakkkk… aaaaakhhhh…”

Memekku banjir sudah. Aku lemas. Aku terpejam mengangkang menikmati semburan nikmat yang baru saja lewat. Aku tidak perduli dengan keadaanku yang separuh telanjang sambil mengangkang. Sampai tiba-tiba lampu menyala terang benderang. Oops! Filmnya habis.

Aku panik. Segera kukatupkan kemejaku menutupi dadaku yang terbuka. Tapi celanaku belum sempat kupakai. Terpaksa celana panjangku kudorong agak ke bawah tempat duduk. Kuambil tasku dan kuletakkan diatas pahaku menutupi ketelanjangan bagian bawahku.

Kami tetap duduk menunggu seluruh penonton pergi. Entahlah apakah para penonton yang melewati tempat duduk kami menyadari bahwa aku tidak pakai celana. Semoga saja tidak ada yang sadar.

Setelah seluruh penonton meninggalkan ruangan, barulah aku mengenakan celana dan merapikan BH serta kemejaku.

***

# Ke Ancol Lagi
Pengalaman percumbuan di bioskop bersama Dodi waktu itu adalah yang pertama dan terakhir bagiku. Bukan karena aku tidak menyukainya. Bukan… Jujur saja pengalaman bercumbu di depan orang banyak begitu menimbulkan sensasi erotis yang menggairahkan bagiku. Mengingatnya saja bisa membuat memekku basah.

Namun yang membuatku enggan meneruskan petualangan bersama Dodi adalah sikapnya yang menjadi sangat protektif terhadap diriku. Dia benar-benar menganggap aku ini sebagai miliknya yang bisa dikuasai sesuai dengan keinginannya.

Sementara bagiku, Dodi is just another ******. Tidak lebih. Dia sudah mulai banyak bertanya jika aku dekat dengan teman pria lain. Atau di lain kesempatan dia mulai mengatur cara aku berpakaian. Dia tidak suka dengan jilbabku yang pendek. Dia meminta aku mengenakan jilbab panjang yang menutupi dadaku. Katanya jilbab yang aku kenakan saat ini justru sangat menonjolkan bentuk dadaku yang besar. Lho… So What ? Memang itu yang kuinginkan.

Atas sikapnya itu aku memutuskan mulai menjaga jarak dan lebih sering menghindar. Beberapa kali ajakannya untuk menonton aku tolak. Walau sebenarnya saat dia mengajak aku nonton di bioskop, langsung terbayang kejadian dimana dia begitu bernafsu menjilat memekku. Ingin sekali rasanya aku mengulangi kejadian itu.

Namun jika mengingat hidupku yang semakin tidak nyaman, aku kuatkan untuk tetap menolak.

“Kamu kenapa sih, gak pernah mau lagi jalan sama aku?” tanya Dodi kesal saat aku kembali menolak ajakannya untuk nonton.



“Gak apa-apa kok. Lagi males aja.” jawabku santai. “Kalau mau jalan, kita makan aja yuk, gak usah nonton” sambungku.

Walau dengan wajah cemberut, akhirnya Dodi setuju untuk pergi makan malam. Akhirnya kami pergi ke Pondok Indah.

“Sebenernya ada apa sih, Lin? Belakangan sikap kamu aneh.” ujar Dodi sambil menunggu makanan pesanan kami datang. Kutatap mata Dodi lekat-lekat. Aku menimbang-nimbang dalam hati. Kubiarkan saja pertanyaannya, atau aku berterus terang saja soal perasaanku padanya yang hanya menganggap teman, bukan pacar.

Kembali Dodi mendesak dengan pertanyaannya, Kutatap lagi matanya.

“Loe beneran mau tau?” tanyaku sambil menatap matanya tajam.

“Ya iya lah. Gak enak pacaran tapi aneh gini.” jawabnya.

Aku mengambil nafas panjang sambil mencari kata-kata yang tepat. “Dod, sebelumnya sorry ya. Gue akui loe orangnya baik, lucu, ganteng. Tapi masalahnya, belakangan gue mulai merasa gak nyaman karna kayaknya gue udah gak bebas lagi sejak deket sama loe.” aku berusaha mengucapkan kata-kata itu dengan sangat sopan.

Tapi tak urung Dodi tersentak kaget. “Gak nyaman gimana maksud kamu, Lin?”

“Ya, belakangan loe udah berani ngatur-ngatur gue, ngatur cara berpakaian gue, ngatur dengan siapa gue bisa berteman, ya gitu deh. Buat gue itu udah bikin gue gak nyaman.” jawabku dengan suara yang kucoba sedatar mungkin.

“Lho… wajar donk, namanya juga orang pacaran…“

“Nah, itu dia masalahnya,“ tukasku memotong ucapannya. “Loe terlalu gegabah menganggap kita pacaran. Sementara gue cuma menganggap loe sebagai teman dekat gue. Gak lebih gak kurang, Dod.”

Dodi tampak terkaget-kaget mendengar ucapanku. “Cuma teman? Trus, gimana dengan hubungan kita selama ini…” tanya Dodi seperti tidak bisa menerima ucapanku.

“Hubungan yang mana…” tanyaku belaga bego.

“Ya hubungan kita. Ciuman-ciuman kita… trus … yang di bioskop…”

Aku tersenyum geli melihat Dodi mencak-mencak begitu. “Dod, ciuman sama loe emang nyaman buat gue. Apalagi kejadian yang di Bioskop. Jilatan loe emang bener-bener hebat. Gue sampe menggelapar waktu itu, Dod. Tapi itu kan gak berarti lantas gue jadi pacar loe? Itu kan hubungan sama-sama enak. Memek gue enak loe jilatin, loe juga dapet rejeki bebas jilatin memek gue. Kurang apa, Dod? Cukuplah hubungan kita sebatas itu aja. Jangan berharap lebih lagi. Soalnya menurut gue itu udah lebih banget. Coba… sampe memek gue aja gue kasih, kurang gimana lagi hayo?!”

Dodi tampak geram mendengar ucapanku. Lalu dengan suara berat dia lanjut bertanya. “Jadi… bukan cuma aku yang kamu kasih jilatin memek kamu?”



Aku menatap tajam matanya mendengan ucapannya yang menurutku cukup kurang ajar. “Itu urusan gue. Loe gak perlu tau!” ujarku ketus sambil tetap menatap matanya dengan tajam.

“Hah, gak nyangka, Lin. Kamu gak beda sama perek-perek di jalan. Percuma kamu pake jilbab. Mending telanjang aja kamu!” Dodi memakiku sambil bangkit dan beranjak meninggalkan aku sendiri di rumah makan itu.

Aku cukup sakit hati mendengar ucapannya. Laki-laki! Waktu dia berusaha menelanjangi tubuhku apa pernah dia berpikir seperti itu. Saat sudah gak dapet memek lagi, langsung pandangannya berubah. Dasar!

Malam itu aku pulang sendiri. Hatiku gundah, sedih, sakit… Belum pernah aku dihina seperti ini. Mantan-mantanku dulu tak pernah menyakitiku seperti ini.

Besoknya aku tidak melihat Dodi di kantor. Besoknya lagi juga tidak. Hari ketiga dia muncul menghadap HRD dan mengajukan pengunduran dirinya. Lalu dia pergi tanpa berpamitan denganku.

Meski begitu, tetap saja rasa sakit hatiku belum bisa hilang. Jika kuingat lagi ucapannya di restoran malam itu, hatiku benar-benar seperti di sayat-sayat. Untunglah beberapa hari kemudian ada karyawan baru yang ganteng dan bertubuh atletis. Tidak membutuhkan waktu lama, aku sudah akrab dengan Torik, karyawan baru tersebut.

Sudah 2 hari berturut-turut kami makan siang bersama. Bukan itu saja, sudah 2 hari berturut-turut pula aku diantar pulang dengan mobilnya. Di hari ke 3, bertepatan dengan akhir pekan, Torik mengajakku jalan-jalan dulu sebelum pulang. Aku setuju saja. Bagaimana mungkin aku menolak ajakan cowok ganteng seperti Torik. Apalagi badannya juga bagus sekali, terutama bagian bokongnya yang terlihat begitu kencang.

Ternyata Torik membawa mobilnya menuju Ancol. Ah… Ancol. Teringat aku pada pengalaman pertamaku ngisep ******. Di ancol inilah pertama kali aku belajar ngisep ****** pacarku waktu kuliah dulu.

Torik memarkir mobilnya di tempat sepi. Sama seperti kejadian dengan pacarku dulu. Membayangkan hal itu aku sudah panas dingin duluan. Torik memarkir mobil tanpa mematikan mesinnya. Lalu tanpa ba bi bu dia langsung mencium bibirku. Ah… sudah nafsu rupanya. Aku tidak mau tinggal diam, kuladeni ciumannya dengan menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Ugh… cepat sekali birahiku naik.

Kupeluk erat tubuh Torik sambil kubisikkan kata-kata… “Sayang, pindah ke belakang aja yuk…”

Torik tersenyum penuh semangat mendengar ajakanku. Tak menunggu lebih lama lagi kami langsung pindah ke kursi belakang. Begitu sampai di belakang Torik langsung membuka jilbabku. Kemudian diserangnya leherku yang jenjang dengan jilatan-jilatannya yang membuat aku menggelinjang birahi.

Tangannya tak tinggal diam, satu-persatu kancing kemejaku di preteli. Kemudian di lepaskannya kemejaku dan dilemparkan ke lantai mobil. Setelah itu lidahnya langsung pindah menuju bukit dadaku yang hampir melompat keluar dari BH ku. Tidak puas menjilati bukit dadaku, Torik membuka kait BH- ku dan merenggutnya hingga lepas dan terbang entah kemana. Setelah itu lidahnyapun mendarat di puting susuku yang sudah tegak mencuat dan keras.

Aku terhenyak nikmat merasakan sedotan bibirnya pada putting susuku. Aaaaaagh… aku kangeeeennnn sama beginian…

Aku di dorong hingga terlentang di jok mobilnya. Kemudian jilatannya bergeser menuju perutku. Terus turun lagi sampai perut bagian bawah… Oghhh… aku tidak tahan. Pasti memekku sudah banjir.

Dengan penuh nafsu Torik membuka resleting celana panjangku, lalu menarik lepas celana berikut celana dalamku. Dan bugil lah aku. Kemudian Torik bangkit duduk untuk membuka seluruh pakaiannya. Dan wooooowww… kontolnya… Besaaaarrr…!

Memekku sampai berdenyut-denyut melihat ****** Torik yang mengangguk-angguk seolah memanggilku untuk menghisapnya. Dengan tidak sabar Torik melebarkan kakiku sampai terpentang ngangkang. Kemudian dia menindih tubuhku. Sepertinya nafsunya sudah sampai di ubun-ubun. Gerakannya begitu bersemangat.

Kurasakan kontolnya mulai berusaha menerobos lubang memekku. Oh Gawat ! “Sayang, jangan dimasukin! Aku masih perawan!”

Tapi sepertinya Torik tidak perduli. Dia mencium bibirku dengan ganas, dan kontolnya terus berusaha menyodok lubang memekku. “Jangan… oghhh… jangan….. digesek-gesek di luar aja….” erangku antara menolak dan ingin.

Sodokan kepala kontolnya benar-benar nikmat. Aku hampir tidak kuasa lagi untuk menolak kenikmatan ini. Ditengah kebimbangan antara takut kehilangan perawan dan rasa nikmat yang luar biasa, tiba-tiba…

Creeet… Creeeet… Creeeet… Terasa memekku disiram dengan semburan-semburan hangat dari kontolnya. Aaaah… rupanya Torik begitu bernafsu sampai-sampai sudah keluar sebelum tiba di tujuan. Syukurlah… perawanku selamat.

Cepat kudorong tubuh Torik yang sudah lemas, kemudian segera kubersihkan air mani Torik dengan tissue yang sudah tersedia di mobilnya. Buru-buru kupakai celanaku. Soalnya aku tidak yakin bisa menolak jika nanti Torik minta lagi. Segera aku pindah ke kursi depan menunggu Torik selesai berpakaian. Aku mengajak Torik segera pulang.

***

# Hampir Saja Perawanku Hilang

“Terima kasih ya, pak.” ujarku mengakhiri percakapanku di telepon dengan seorang Manager Hotel di kawasan Sudirman. Karena seringnya perusahaan kami memesan kamar hotel untuk klien-klien kami dan selama ini aku yang selalu berhubungan dengan pihak Hotel, maka pihak Hotel memberi hadiah berupa beberapa lembar voucher untuk menginap gratis di kamar Superior mereka. Lumayan…

Ah… memekku langsung berdenyut saat membayangkan akan mengajak Torik untuk menggunakan voucher ini. Terbayang ****** besar Torik saat kami bercumbu di ancol beberapa hari lalu. Apalagi aku belum sempat merasakan ****** besarnya secara utuh. Ugh… menbayangkan itu saja aku sudah tidak sabar ingin ngisep kontolnya.

Seperti dugaanku Torik sangat bersemangat saat hal itu kusampaikan padanya ketika kami makan siang. “Ya udah ntar malem aja, Lin.” ucap Torik dengan penuh semangat. Aku tersenyum pengen melihat semangatnya itu.

“Besok aja deh, malem ini gue musti ke rumah tante gue.”

“Yaah… kelamaan nunggunya, Lin. Udah pengen nih.” ujar Torik dengan wajah kecewa. Aku tertawa melihatnya begitu.

“Sabaaar ah. Besok pagi jemput gue ke tempat kost ya. Kan musti bawa baju ganti.”

“Sip. Pagi-pagi gue jemput.” jawab Torik girang.

“Tapi janji dulu.” ucapku membuat Torik memandangku heran.

“Janji apa?” tanya Torik.

“Jangan dimasukin. Gue masih perawan.”

“Iyaaa.. jangan kuatir.” jawab Torik sambil kembali menyeruput kopinya.

***

Pagi-pagi sekali Torik sudah menjemputku di tempat kost. Gila, semangat amat. Untung aku sudah menyiapkan pakaian ganti sejak tadi malam. Jadi bisa langsung berangkat.

Hari ini sepertinya pekerjaan begitu membosankan, Aku sudah tidak sabar untuk segera menikmati ****** Torik di hotel nanti. Brengseknya hari ini justru aku banyak pekerjaan.

Sudah pukul 8 malam lewat sedikit saat aku menyelasikan pekerjaanku. Saat aku sampai di lobby, kulihat Torik masih menunggu dengan wajah bosan. Kamipun segera bergegas menuju Sudirman.

Di perjalanan sepertinya Torik sudah tidak sabar. Tubuhku dirangkul sampai tersandar di perutnya sementara tangannya terus saja meremas toketku dari balik punggungku.



Aku tidak mau kalah, kuremas-remas kontolnya dari luar celana. Terasa sekali ****** itu sudah begitu tegangnya. Besaaar… keraaaas…

Rupanya Torik benar-benar sudah tidak tahan. Dia membuka sendiri kait ikat pinggang dan menurunkan resleting celananya. Tampaklah kepala kontolnya yang sudah menyembul keluar dari celana dalamnya.

Kusentuh kepala ****** itu dengan jari-jariku. Woow… lebar sekali. Kuturunkan celana dalamnya. ****** besar itu sampai melompat bergoyang-goyang saat terbebas dari celana dalamnya. Gilaaa… gede bangeeet… Dengan gemas kugenggam batang kontolnya dengan kedua tanganku. Uuuh… sudah pakai dua tangan, tapi kepala kontolnya masih nongol. Panjaaaang…

Hhh.. tak sadar aku mendesah. Bukan karena toketku yang terus diremas-remas oleh Torik. Tapi karena tak kuat membayangkan enaknya ****** besar begini.

Kuremas-remas ****** besar itu. Kukocok dengan lembut. Lalu kuusap-usap kepala kontolnya dengan jari telunjuk dan jempolku. Tak lama terlihat cairan bening keluar dari lubang di ujung kontolnya. Bening… tapi kental. Kusapukan cairan itu ke seluruh permukaan kepala kontolnya.

Kontan Torik tersentak dan mengerang “Aaaaaghhh…”

Aku sudah tidak sabar ingin mengemut ****** ini. Tapi baru saja aku akan memasukkan ****** itu ke mulutku, Torik sudah menarik tubuhku untuk bangun.

“Udah dulu sayang… kita udah sampe.”

Aaah… tanggung bener sih… Segera kurapikan celana Torik dan akupun bangkit duduk dengan manis.

Sesampai di kamar, Torik benar-benar seperti Tarzan yang mau perang. Begitu pintu di kunci, aku langsung direngkuhnya dengan ganas. Bibirku dicium dengan bernafsu sekali. Aku sampai gelagapan sulit bernapas. Jilbabku dibuka dengan terburu-buru. Lalu kembali aku diciumi sambil berdiri. Leherku dijilat-jilat dan digigit-gigit kecil.

Lalu bajuku dibuka dengan kasar. Saking kasarnya sampai ada kancing yang copot terpental entah kemana. Bajuku dilemparkan begitu saja, dan tidak menunggu lama langsung tangannya menuju punggungku membuka kait BH. Kembali BH itu terlempar. Tidak seperti biasanya, Torik melewatkan Toketku yang sudah tegang. Tangannya langsung meraih kancing dan resleting celana panjangku. Celanaku dipelorotkan berikut dengan celana dalamnya. Oooh… aku langsung bugil dihadapannya.

Kemudian Torik dengan terburu-buru melucuti seluruh pakaiannya sampai sama-sama bugil. Aku masih saja terbelalak menyaksikan kontolnya yang menakjuban itu. Tiba-tiba aku terkaget karena tubuhku digendong dan dibawa ke ranjang. Torik melempar tubuhku begitu saja ke atas ranjang. Owgh… kasar sekali. Tapi aku suka.

Belum hilang kagetku, Torik sudah melompat menindih tubuhku dan langsung menyerang bibirku dengan ganas. Terasa ****** besarnya bergesekan dengan memekku. Oooghhh… enak sekali permainan kasar begini. Aku belum pernah dipelakukan seperti ini. Ternyata sensasinya sungguh beda. Lebih nikmat.

Tiba-tiba Torik bangkit duduk. Kedua belah kakiku diangkat terlipat, sampai dengkulku menyentuh Toket. Aku benar-benar terkangkang dan memekku terekspos dengan bebas di hadapan Torik. Kemudian Torik mulai berusaha memasukkan kontolnya ke dalam memekku. Oh gawat! Torik pengen ngentot.

“Jangan… Torik! Jangan…” aku benar-benar panik. Kugoyang-goyangkan pantatku menghidari kontolnya yang ingin menerobos ke dalam memekku. Tapi goyanganku justru membuat ****** itu seperti di gesek-gesek kebelahan memek. Dan rasanya luar biasa nikmat. Aku benar-benar dipersimpangan jalan. Kubiarkan ****** itu masuk dan kehilangan perawan, atau biarin aja. Enaaaaak…

Torik terus berusaha memasukkan kontolnya. Aku semakin panik dan semakin bimbang. Pantatku masih terus kugoyang-goyangkan. Tapi sepertinya bukan lagi untuk menghindar, melainkan untuk mendapatkan rasa enak yang semakin menjalar.

Akhirnya kepala ****** Torik mulai menemukan jalan masuk. Goyanganku justru membuat jalannya semakin terbuka. Ooohhhh… gawaaaaat…

Mungkin karena merasa yakin sudah pasti masuk, Torik langsung merebahkan tubuhnya menindihku dan kembali menjilati leherku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan, kugigit kupingnya dengan keras. Torik terpekik kesakitan dan tubuhnya merenggang. Langsung kudorong tubuh kekarnya sampai terguling ke samping. Dan lepaslah kontolnya dari memekku.

Sebelum Torik marah, segera kudorong Torik sampai telentang, lalu cepat kutindih tubuhnya. Kucium bibirnya. Kususupkan lidahku ke dalam mulutnya. Untung, Torik tidak jadi marah. Dia membalas lilitan lidahku. Memekku tepat diatas kontolnya. Terasa batang ****** itu sampai membelah memekku. Kugesek-gesek memekku maju mundur mengejar nikmat batang kontolnya. Tiap kali Torik berusaha bergerak ingin menggulingkan tubuhku cepat aku mendekapnya erat sambil tetap menggesek-gesekkan kontolnya ke memekku.

”Owwwgggghhhh… nikmatnya…” memekku semakin basah membuat gesekan memekku di kontolnya semakin licin dan lancar. Terus kugesek sampai kepala kontolnya berkali-kali terasa menyundul klitorisku. Uuuuuaaaagghhh… enaaak bangeeeet…

Cepat sekali birahiku menyerbu. Denyutan-denyutan terasa mendera memekku. Tubuhku kejang, dan ooooggggh…. Aku orgasme. Terasa ada yang menyembur-nyembur dari dalam memekku. Aku lemas. Sungguh rasanya tulangku copot semua. Kudekap erat tubuh Torik. Untung aku segera tersadar. Jika tidak cepat bertindak, pasti aku akan diperkosa lagi oleh Torik.



Cepat aku meluncur ke bawah menuju kontolnya. Langsung kumasukkan ****** yang masih belepotan cairan cintaku itu ke dalam mulutku. Kusedot dengan kuat. Torik sampai teriak nikmat merasakan sedotanku. Lalu mulutku mulai naik turun mengocok ****** besarnya. Mulutku sampai terasa penuh menampung batang ****** besar panjang ini.

Saat mulutku naik, kusedot kontolnya dengan kuat sampai kepala kontolnya hampir terlepas. Lalu kuturunkan lagi mulutku. Kuangkat lagi sambil kusedot kuat-kuat. Torik benar-benar kubikin sampai kelojotan dan mengerang-ngerang hebat.

Saat mulutku mulai terasa pegal segera kuludahi ****** itu sampai basah kuyup, lalu ku kocok-kocok dengan tanganku. Begitu kontolnya kering, kulumat lagi kontolnya dengan mulutku sampai pegal. Kuulangi terus berkali-kali.

Sedot…. kocok…. sedot…. kocok….

Memekku sampai gatal lagi. Segera aku rubah posisi dari nungging menjadi telungkup. Memekku kugeser-geser menindih kakinya sampai terasa jempol kakinya menyentuh memekku.

Langsung saja jempol kaki Torik kujadikan pemuas memekku sambil aku terus mengerjai kontolnya dengan mulutku. Uuuughhhh enak banget…. memekku terus kugesek-gesek ke kakinya, sementara mulutku terus bekerja. sedot… kocok… sedot… kocok…

Gelombang orgasmeku kembali menyerbu. Kurapatkan pahaku sambil menjepit jempol kaki Torik. Kusedot kontolnya dengan kuat sambil menikmati gelombang orgasmeku. Sedotanku yang kuat membuat Torik tidak mampu bertahan lagi. Kontonya mendenyut-denyut dan… crooooot… crooot… crooot… air maninya menyembur ke dalam tenggorokanku.

Aku sampai kaget merasakan kencangnya semburan dari ****** Torik. Air maninya begitu banyak sampai tidak tertampung dalam mulutku. Sebagian ku telan saja, tapi tidak bisa semuanya. Masih banyak yang melelh keluar dari bibirku dan mengalir ke dagu dan terus ke leherku. Aaaaah… segarrr… ngisep ****** memang benar-benar nikmat. Cepat kukenakan jas mandi yang sudah tersedia di kamar hotel mewah ini.

“Rik, loe pulang aja deh sekarang.” ujarku pada Torik sambil aku mengumpulkan pakaian Torik dan kulemparkan ke arahnya.

Torik menangkap pakaiannya dengan terkejut. “Lho, kok pulang? Kan kita mau nginep…“ tanyanya dengan bingung.

“Siapa bilang kita mau nginep. Gue mau nginep sendiri. Bukan nginep bareng.” ucapku sambil berdiri dekat pintu, kuatir Torik menolak aku suruh pulang. Maksudku, jika dia menolak aku akan membuka pintu lebar-lebar hingga terlihat dia masih telanjang.

Torik tampak kesal, tapi melihat wajahku yang serius akhirnya dia segera mengenakan pakaiannya dan mengangkut tasnya menuju ke arahku, “Gue gak ngerti sama sekali, Lin. Kenapa cepet sekali berubah…” ucap Torik dengan wajah kaku.

Aku menghela nafas dan menatapnya lembut. “Sorry, Rik. Gue belom siap tidur bareng. Cuma itu aja. Cukup kayak gini aja. Terima kasih Rik. Tadi itu luar biasa enak. Tapi gue belum bisa lebih dari itu…” ucapku pelan. Aku benar-benar tidak yakin bisa bertahan jika Torik tetap menginap malam ini.

Torik meletakkan tasnya di lantai dan berusaha menyentuh wajahku. Aku segera mundur sambil menarik pintu hingga terbuka lebar. Torik menghentikan gerakannya melihat sikapku seperti itu.

“Tapi boleh gak gue jilat memek loe sebentar. Bentaaar… aja!” memekku langsung berdenyut mendengar permintaannya. Aku langsung bimbang.

“Tapi disini aja ya. Jangan di kasur.” jawabku sambil beringsut sedikit berlindung dibalik pintu. Torik menyeringai girang merasa menang. Cepat dia berjongkok di depan memekku dan menyibakkan jas mandiku dimana aku tidak mengenakan apa-apa lagi di dalamnya.

Torik langsung mencium memekku. Ooogh… aku tidak tahan. Kuangkat sebelah kakiku dan kutumpangkan di bahunya untuk semakin memudahkan serangan Torik.

Lidahnya langsung menari-nari di celah memekku. Lidahnya menjilat dari bawah ke atas berulang-ulang. Uuuugh… nikmat luar biasa. Orgasmeku mulai mendekati. Aagggh… cepat sekali aku terangsang.

Torik meneruskan serangannya dengan menyedot keras itilku sambil lidahnya menari-nari di seputar itilku. “Oooooggghhhh… iyaaaaah… itu enak bangeeeet..” Aku lupa bahwa pintu terbuka hingga tak sadar berteriak lumayan keras menikmati jilatan Torik.

Akhirnya kedutan-kedutan nikmat itu muncul juga. Kutekan kepala Torik ke arah memekku dengan kuat. Aku kejang… dan… “Oooogghhhh… sayaaanggg… aaaaakh…” memekku berkedut kencang. Aku lemas. Cepat kuraih daun pintu menjaga agar aku tidak jatuh. Kudorong kepala Torik menjauhi memekku,

“Udah.. udah… Rik! Udah…” ujarku sambil terus kudorong kepalanya.

Torik bangkit lalu dia pergi tanpa pamit lagi. Segera kututup pintu dan kukunci. Lalu kubuka jas mandiku dan kuhempaskan tubuh telanjangku ke atas kasur empuk hotel ini.

Aku terbaring... Telanjang.... Ngangkang....


BERSAMBUNG.......

1 komentar: